Dakwah ber-nilai Ibadah
A. Latar belakang
Ilmu hadits yang itu menjadi mata pelajaran dalam KMB (Kegiatan Mengajar dan Belajar) Madrasah Diniyah Nurul Ummah yang di situ menjadi mata pelajaran pokok dan tulisan ini sebagai syarat ujian semester ganjil pada tahun ajaran ini yang diampu oleh Bapak Suparmin, yang disini penulis mendapatkan tema atau pokok acuan tentang hadits dakwah sebagai ibadah. Dari segi dakwah sendiri yang begitu jelas diterang dalam Al quran dan hadits untuk penjelasan dari dakwah sendiri adalah kewajiban dan ibadah itu bisa dilihat dari sudut pandang niat. Maka dari itu dakwah secara konsep awal adalah ibadah.
B. Pembahasan
Apakah itu dakwah ?, dari kata itulah yang menjadi gencaran-gerncaran pada musim ini yang mengaku dakwah, dari Dakwah sendiri artinya: Penyiaran, propaganda, seruan untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran agama. Dakwah juga berarti suatu proses upaya mengubah suatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam atau proses mengajak manusia kejalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu agama Islam. Menurut Al-Qur’an, dakwah adalah : Menyampaikan kebenaran di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan metode
Propaganda, mengajak atau menyampaikan sesuatu dapat disebut dakwah jika metode yang digunakan sesuai dengan ayat di atas, yaitu; Bilhikmah dan Mau’idzah Hasanah. Sedangkan yang menentukan hasil dari dakwah adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Propaganda, mengajak atau menyampaikan sesuatu dapat disebut dakwah jika metode yang digunakan sesuai dengan ayat di atas, yaitu; Bilhikmah dan Mau’idzah Hasanah. Sedangkan yang menentukan hasil dari dakwah adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”
Dari ayat di atas jelas bahwa, seorang da’ itu hanya berkewajiban untuk menyampaikan misi mulia yang ada dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sedangkan hasil akhir dari dakwahnya, hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tahu. Namun demikian seorang da’i harus memiliki metode yang tepat, sehingga dakwah yang dilakukan sampai pada sasaran.
Dari ayat di atas jelas bahwa, seorang da’ itu hanya berkewajiban untuk menyampaikan misi mulia yang ada dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sedangkan hasil akhir dari dakwahnya, hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tahu. Namun demikian seorang da’i harus memiliki metode yang tepat, sehingga dakwah yang dilakukan sampai pada sasaran.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang mengajak kepada suatu kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala sebagaimana pelakunya.” (HR. Muslim) dan Syeikh Dr. Taufik al-Wa’ei mendefinisikan bahawa “dakwah ialah proses menghimpunkan manusia di atas kebaikan dan membimbing mereka mengenali kebenaran dengan melaksanakan manhaj Allah di atas muka bumi secara lisan dan praktikal, menyeru mereka melaksanakan makruf dan mencegah kemungkaran, memandu dan memimpin mereka ke jalan lurus dan bersabar serta berpesan-pesan dengan kesabaran dalam melaksanakan tanggungjawab dakwah”.
Dalam definisi ini ada beberapa pokok penting yang boleh dibuat rumusan yaitu :
- Dakwah adalah proses tajmik, irsyad dan qiyadah. ( kumpul,bimbing dan pimpin ). Bererti dakwah tidak terhenti dengan proses penyampaian tetapi menuntut kepada takween ( pembentukan).
- Dakwah adalah proses mengeluarkan manusia dari batil menuju kepada al-haq( kebenaran).Dan ini mendefinisikan dakwah adalah proses merubah manusia dari buruk kepada baik kepada lebih baik.
- Visi dakwah ialah memastikan pelaksanaan manhaj allah di muka bumi dan peneguhannya.
- Tabiat dakwah memerlukan kesabaran dan sentiasa tawasi bis sabr sebagai indikator kejayaan dakwah. Tanpa sabar tidak mungkin dakwah akan dimenangkan.
- Dakwah ialah proses penegakan makruf dan pembasmian mungkar. Ruang kemakrufan dibesarkan dan ruang kemungkaran dihilang.
- Dakwah itu melibatkan dua pihak iaitu pelaksana dakwah ( Dai’e) samada secara individu atau jamaah dan sasaran dakwah ( mad’u) yang terdiri dari pelbagai lapisan masyarakat mengunakan uslub tertentu bagi mencapai objektif dakwah.
Dalam dakwah sendiri bisa kaitkan dengan niat seseorang untuk berdakwah, karena menurut penulis sendiri dakwah ada yang belum bisa di katakana ibadah, karena ada seseorang di undang untuk ceramah itu ada kaitanya dengan beberapa hal seperti masalah politik, kepentingan promosi, atau malahan bisa mau karena amplopnya “banyak”. Maka dari itulah penulis berpendapat tidak semuanya dakwah itu ibadah, walaupun dakwah kepada dirinya sendiri.
Didalam syarah imam Nawawi dijelaskan, bahwa yang disebut dengan kemungkaran adalah segala sesuatu yang dilarang oleh syari’at, yang hukumnya haram.kemungkaran yang harus diubah adalah kemungkaran yang terlihat oleh mata. Jika tidak terlihat oleh mata namun diketahui, maka ini termasuk dalam pembahasan ini.
Kalimat “hendaknya ia merubahnya” dipahami sebagai perintah wajib bagi segenap kaum muslimin. Karena di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah telah ditetapkan perintah wajib untuk amar ma’ruf nahi munkar.
Ketika dia melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, maka ia harus ikhlas, artinya ia hanya mengharapkan ridho dan pahala dari Allah, tanpa embel-embel yang lain. Dan bukan mengharapkan pujian dari manusia atau pamrih kepada manusia. Jika seseorang telah melakukan kebaikan tanpa keikhlasan, maka kebaikannya itu akan ditolak. Seperti kisah yang diceritakan Ikrimah r.a. bahwa ada seorang laki-laki yang melewati sebuah pohon yang disenbah, maka ia pun marah dan bergegas pulang mengambil kampak dan menaiki keledainya menuju pohon itu hendak menebangnya. Ditengah jalan dihadang oleh iblis yang menyerupai manusia dan bertanya kepadanya, “mau kemana kamu?” ia menjawab, “aku melihat ada pohon yang disembah, maka aku berjanji kepada Allah.” Iblis bertanya kepadanya, “Apa urusanmu dengan pohon itu?, biarlah orang yang menyembah ohon itu semakin jauh dari Allah SWT.” Maka terjadilah perkelahian anatara lelaki itu dan Iblis, hingga akhirnya Iblis pun kalah. Akhirnya iblis berkata, “pulang sajalah, dan setiap hari aku akan memberimu uang empat dirham, setiap hari kamu bias mengambil dibawah tikar.” Ia berkata kepada iblis, “benarkah apa yang engkau katakana?” iblis menjawab, “Ya aku jamin, kamu akan mendapatkan uang empat dirham setiap hari.”. maka lelaki itu pulang ke rumahnya, dan mendapatkan apa yang dijanjikan oleh iblis tersebut selama dua sampai tiga hari. Setelah itu ia tidak mendapatkan uang lagi.. kemudian ia mengambil kampak dan menaiki keledainya untuk menebang pohon yang selalu disembah itu. Iblis pun menghadang lagi, hingga akhirnya terjadilah pekelahian sengit, namun kali ini lelaki itu kalah, ia pun terheran-heran dan kemudian bertanya kepada Iblis, “Mengapa ketika pertama kali aku berkelahi denganmu, dengan mudahnya aku dapat mengalahkanmu, namun sekarang malah aku yang kalah?”, iblis menjawab, “semula kamu akan menebang pohon tersebut dengan niat karena Allah ta’ala, yang seandainya seluruh iblis yang ada di bumi dan langit hendak menghalangimu, maka mereka tidak akan mampu. Sedangkan sekarang engkau hendak menebang pohon tersebut, karena engkau tidak mendapatkan uang lagi. Maka seandainya kamu meneruskan niatmu itu, niscaya kami akan menebas lehermu.” Akhirnya lelaki itu pulang dengan perasaan bersalah kepada Allah. Alangkah pentingnya ikhlas ini, karena ikhlas merupakan ruh nya ibadah, seperti badan tanpa ruh berarti mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar