Kamis, 23 Desember 2010
cerpen
Seberang sekolahanku
Mentari pagi memancarkan panorama keindahan dalam kehidupan yang ada diseberang kota, mentari yang selalu muncul setiap pagi dan selalu memberi kepercayaan untuk kesuksesan setiap hari.
Setiap pagi aku berjalan menelusuri trotoar kotor yang tak pernah disapu oleh petugas. Aku terus berjalan dengan segenggam semangat untuk memulai hariku dan selalu ku hiasi dengan senyuman, berjalan kaki menuju sekolah yang berada diseberang kota, jaraknya lumayan jauh dari rumahku yang ada didesa Randu tetapi tidak semuanya kulampui dengan berjalan kaki tapi juga dengan naik bis yang sudah busuk suaranya seperti meriam mlempem, karena kalau dilalui dengan berjalanan kaki mengingatkanku pada cerita ibuku karena dia dulu menuju sekolahannya harus berjalan kaki walaupun itu sangat jauh sekali dan mematahkan kakiku.
Aku berjalan tak sendiri tapi bersama temanku bernama Muhammad Faiq yang selalu setia menemani perjalananku ke sekolah walaupun rumahnya lebih jauh dari rumahku dan dia juga satu kelas dengannya. Dia sangat semangat untuk menjalani kehidupannya yang sekolahnya jauh sekali dan kami sering telat masuknya, karena bisnya biasanya ngetemnya lama sekali dipasar kota padahal sekolahanku berada diseberang kota, memang aku dan faiq harus bersabar dan lapang dada kalau harus memutari lapangan sekolahan karena itulah hukuman yang diberikan guru BP untukku dan faiq.
Namaku ahmad khoeroni tapi teman-temanku memanggilku ”ceper” karena tinggi badanku semeter kotor tapi tak apalah namanya teman yang jail dan masih kumaklumi mereka pasti saking sayangnya padaku, kubiarkan saja mereka memanggilku dengan nama “ceper” walaupun dihati aku nggak ikhlas menerimanya dan kalau keluargaku memanggilku Roni.
Mentari pagi memancarkan panorama keindahan dalam kehidupan yang ada diseberang kota, mentari yang selalu muncul setiap pagi dan selalu memberi kepercayaan untuk kesuksesan setiap hari.
Setiap pagi aku berjalan menelusuri trotoar kotor yang tak pernah disapu oleh petugas. Aku terus berjalan dengan segenggam semangat untuk memulai hariku dan selalu ku hiasi dengan senyuman, berjalan kaki menuju sekolah yang berada diseberang kota, jaraknya lumayan jauh dari rumahku yang ada didesa Randu tetapi tidak semuanya kulampui dengan berjalan kaki tapi juga dengan naik bis yang sudah busuk suaranya seperti meriam mlempem, karena kalau dilalui dengan berjalanan kaki mengingatkanku pada cerita ibuku karena dia dulu menuju sekolahannya harus berjalan kaki walaupun itu sangat jauh sekali dan mematahkan kakiku.
Aku berjalan tak sendiri tapi bersama temanku bernama Muhammad Faiq yang selalu setia menemani perjalananku ke sekolah walaupun rumahnya lebih jauh dari rumahku dan dia juga satu kelas dengannya. Dia sangat semangat untuk menjalani kehidupannya yang sekolahnya jauh sekali dan kami sering telat masuknya, karena bisnya biasanya ngetemnya lama sekali dipasar kota padahal sekolahanku berada diseberang kota, memang aku dan faiq harus bersabar dan lapang dada kalau harus memutari lapangan sekolahan karena itulah hukuman yang diberikan guru BP untukku dan faiq.
Namaku ahmad khoeroni tapi teman-temanku memanggilku ”ceper” karena tinggi badanku semeter kotor tapi tak apalah namanya teman yang jail dan masih kumaklumi mereka pasti saking sayangnya padaku, kubiarkan saja mereka memanggilku dengan nama “ceper” walaupun dihati aku nggak ikhlas menerimanya dan kalau keluargaku memanggilku Roni.
Oase
Di ujung
Keheningan selalu menyapa alam
Senyuman terhampar leluasa memandang asa
Tergopoh oleh laku kaki yang diangkat bumi
Terdiam disisi kegelapan untuk menghidupkan gigi
Udara menyeret dada masuk dalam tanah
Membara dan panas jadi satu kesatuan pasukan
Raut langit yang menghitam disinar ujung mata
Meghempas dalam duka iba
akhir riwayat oleh tawakal dalam sunyi yang redup
meneriakkan selamat jalan dan dating
memang cerita yang meredupkan untuk kedukaan
dan keheningan tampak dalam muka
berjalan terdiam menunggu
diseberang jalanan semakin membuka
dengan raut merah menghadang
terinjak-injak meradang ilalang
mendusta dan menepi jalanan
Keheningan selalu menyapa alam
Senyuman terhampar leluasa memandang asa
Tergopoh oleh laku kaki yang diangkat bumi
Terdiam disisi kegelapan untuk menghidupkan gigi
Udara menyeret dada masuk dalam tanah
Membara dan panas jadi satu kesatuan pasukan
Raut langit yang menghitam disinar ujung mata
Meghempas dalam duka iba
akhir riwayat oleh tawakal dalam sunyi yang redup
meneriakkan selamat jalan dan dating
memang cerita yang meredupkan untuk kedukaan
dan keheningan tampak dalam muka
berjalan terdiam menunggu
diseberang jalanan semakin membuka
dengan raut merah menghadang
terinjak-injak meradang ilalang
mendusta dan menepi jalanan
Oase
Kesal
Dekapan-dekapan yang terus membahana
Merintih kesal melalui awal duka putih itu
Tersenyum pahit dalam sebelah hati kanan
Menyesat tuk diam membisu kata-kata manja
Hening dan sunyi mengelabui mimpi setiap malam menjelang
Teriak…teriak….teriaklah….
Demi perpanjangan langkah abadi
Sungguh langkahmu yang terseok didekat jurang
Meleleh tumpukan cita dalam asa menganga
Dinginkan asa dalam dentingan cita
Hancurkan rasa duka terbuka
Mendalam menuju keabadian rasa
Dekapan-dekapan yang terus membahana
Merintih kesal melalui awal duka putih itu
Tersenyum pahit dalam sebelah hati kanan
Menyesat tuk diam membisu kata-kata manja
Hening dan sunyi mengelabui mimpi setiap malam menjelang
Teriak…teriak….teriaklah….
Demi perpanjangan langkah abadi
Sungguh langkahmu yang terseok didekat jurang
Meleleh tumpukan cita dalam asa menganga
Dinginkan asa dalam dentingan cita
Hancurkan rasa duka terbuka
Mendalam menuju keabadian rasa
Kamis, 07 Oktober 2010
cerpen
Aku, Kau dan surat Ayahku
Malam yang dingin serasa menusuk kalbu tersirat hembusan angin sepoi-sepoi, aku duduk dibawah jendela sambil menatap langit yang dipenuhi bintang-bintang bertaburan diangkasa dengan penuh pesonanya terasa membuat diriku tertegun memandang indahnya ciptaan Tuhan.
Malam mulai merajuk dan hanyut dibumi pertiwi detak jarum jam juga suara jangkrik terdengar begitu keras, malam yang membuatku berdegup-degup seakan-akan jantung ini ingin keluar dari tempatnya, sekitar pukul 23.00 WIB aku teduduk di sebuah bangku kayu warisan kakekku yang sudah lusuh tak pernah dibersihkan, aku melamun membayangkan seorang yang ketika bertemunya jantung ini berdetak sangat kencang seorang wanita yang parasnya membuatku bertekuk lutut ketika aku memandangnya apalagi saat dia tersnyum pipinya yang lesung kelihatan sangat mempesona setiap lelaki yang meliriknya.
Aku bergetar untuk mengungkapkan isi hatiku padanya karena ada berbagai alasan yang membuatku berdiri tak berdaya mungkin dengan satu alasan yang membuat begitu berat yaitu sosok wanita yang selaluku idam-idamkan dia tak pernah mengenal bangku sekolahan sedangkan aku pelajar yang setia menaiki sepeda tua untuk pergi ke sekolah dan mencari ilmu setiap hari, mungkin itu hanya perasaan sombong yang selalu menghampiri seorang yang mendapatkan lebih dan aku yakin itu tidak menjadi penghalang kalau aku akan menjadikan orang yang sepesial dalam hidupku setelah orang tuaku sebenarnya perasaan ini sudahku bendung lama semenjak awal ketemu dipasar Bringharjo saat itu dia membantu ibunya untuk berjualan sayuran saat itu aku sedang disuruh Ibuku untuk membelikan sayuran dipasar Bringharjo dan saat itulah aku mulai terpesona oleh kecantikannya saat itu juga aku sering kepasar sebelum pergi ke sekolah hanya ingin memandangnya, lama-kelamaan aku ingin mengetahui dia sedekat mungkin sampai aku bertanya sama penjual disampingnya menanyakan dimana rumahnya, dia anak keberapa sampai aku mengetahui namanya panggilanya Wati nama lengkapnya Sulistyowati dan aku bertanya sama tetangganya kenapa dia nggak sekolah kata tetangganya dia tidak boleh sekolah nanti seperti orang Belanda orangnya pintar-pintar tapi mereka seenaknya saja mengambil hak-hak orang lain dan orang yang tidak salah mereka pukulin dan dari ayahnya katanya nggak usah sekolah natinya juga menjadi petani seperti ayahnya dari itu cintaku semakin membuncah kekuatan cinta yang ada dalam diri ini tak bisa dibendung dan kekuatan cinta yang begitu besar membuat bendungan yang kubangun jebol dan akhirnya aku merencanakan sebuah misi untuk esok hari yaitu sepulang sekolah aku akan menacarinya dan akan kuajak dia pergi ke Tamansari sebuah bangunan tua yang indah ditengah-tengah kota Yogyakarta dan disanalah aku akan menumpahkan semua isi hatiku kalau aku mencintainya.
Seorang wanita yang begitu menawan parasnya yang semangat menjalani hidup penuh perjuangan dan dia tak pernah putus asa dalam kehidupan ini. Tak lama kemudian aku berdiri dan berdoa semoga rencanaku besok sukses, tubuh ini terasa letih dan aku sedikit demi sedikit mencoba merebahkan badanku diatas kasur yang sudah tidak empuk lagi, aku terlelap dan terbang melayang-layang. Saat tertidur pulas aku merasakan kedatangan sesosok yang bertubuh tinggi, besar dan gagah perawakan yang tak asing lagi untukku beliau adalah ayahku dengan senyumannya yang ikhlas yang dihiasi seragam tentara yang selalu beliau pakai saat bertugas, beliau menghampiriku dengan penuh senyumannnya saat aku mau memegangnya beliau langsung hilang entah kemana, beliau adalah sesosok yang paling kukagumi sebagai tentara beliau bisa membagi waktu untuk Negara dan keluarganya, beliau sangat alim dan sopan santunnya diakui oleh teman-temannya dan sayang ayahku telah meninggalkan aku dan ibuku semenjak kejadian janur kuning yang dipimpin Jendral Soedirman beliau tertembak dan seketika .
Malam yang dingin serasa menusuk kalbu tersirat hembusan angin sepoi-sepoi, aku duduk dibawah jendela sambil menatap langit yang dipenuhi bintang-bintang bertaburan diangkasa dengan penuh pesonanya terasa membuat diriku tertegun memandang indahnya ciptaan Tuhan.
Malam mulai merajuk dan hanyut dibumi pertiwi detak jarum jam juga suara jangkrik terdengar begitu keras, malam yang membuatku berdegup-degup seakan-akan jantung ini ingin keluar dari tempatnya, sekitar pukul 23.00 WIB aku teduduk di sebuah bangku kayu warisan kakekku yang sudah lusuh tak pernah dibersihkan, aku melamun membayangkan seorang yang ketika bertemunya jantung ini berdetak sangat kencang seorang wanita yang parasnya membuatku bertekuk lutut ketika aku memandangnya apalagi saat dia tersnyum pipinya yang lesung kelihatan sangat mempesona setiap lelaki yang meliriknya.
Aku bergetar untuk mengungkapkan isi hatiku padanya karena ada berbagai alasan yang membuatku berdiri tak berdaya mungkin dengan satu alasan yang membuat begitu berat yaitu sosok wanita yang selaluku idam-idamkan dia tak pernah mengenal bangku sekolahan sedangkan aku pelajar yang setia menaiki sepeda tua untuk pergi ke sekolah dan mencari ilmu setiap hari, mungkin itu hanya perasaan sombong yang selalu menghampiri seorang yang mendapatkan lebih dan aku yakin itu tidak menjadi penghalang kalau aku akan menjadikan orang yang sepesial dalam hidupku setelah orang tuaku sebenarnya perasaan ini sudahku bendung lama semenjak awal ketemu dipasar Bringharjo saat itu dia membantu ibunya untuk berjualan sayuran saat itu aku sedang disuruh Ibuku untuk membelikan sayuran dipasar Bringharjo dan saat itulah aku mulai terpesona oleh kecantikannya saat itu juga aku sering kepasar sebelum pergi ke sekolah hanya ingin memandangnya, lama-kelamaan aku ingin mengetahui dia sedekat mungkin sampai aku bertanya sama penjual disampingnya menanyakan dimana rumahnya, dia anak keberapa sampai aku mengetahui namanya panggilanya Wati nama lengkapnya Sulistyowati dan aku bertanya sama tetangganya kenapa dia nggak sekolah kata tetangganya dia tidak boleh sekolah nanti seperti orang Belanda orangnya pintar-pintar tapi mereka seenaknya saja mengambil hak-hak orang lain dan orang yang tidak salah mereka pukulin dan dari ayahnya katanya nggak usah sekolah natinya juga menjadi petani seperti ayahnya dari itu cintaku semakin membuncah kekuatan cinta yang ada dalam diri ini tak bisa dibendung dan kekuatan cinta yang begitu besar membuat bendungan yang kubangun jebol dan akhirnya aku merencanakan sebuah misi untuk esok hari yaitu sepulang sekolah aku akan menacarinya dan akan kuajak dia pergi ke Tamansari sebuah bangunan tua yang indah ditengah-tengah kota Yogyakarta dan disanalah aku akan menumpahkan semua isi hatiku kalau aku mencintainya.
Seorang wanita yang begitu menawan parasnya yang semangat menjalani hidup penuh perjuangan dan dia tak pernah putus asa dalam kehidupan ini. Tak lama kemudian aku berdiri dan berdoa semoga rencanaku besok sukses, tubuh ini terasa letih dan aku sedikit demi sedikit mencoba merebahkan badanku diatas kasur yang sudah tidak empuk lagi, aku terlelap dan terbang melayang-layang. Saat tertidur pulas aku merasakan kedatangan sesosok yang bertubuh tinggi, besar dan gagah perawakan yang tak asing lagi untukku beliau adalah ayahku dengan senyumannya yang ikhlas yang dihiasi seragam tentara yang selalu beliau pakai saat bertugas, beliau menghampiriku dengan penuh senyumannnya saat aku mau memegangnya beliau langsung hilang entah kemana, beliau adalah sesosok yang paling kukagumi sebagai tentara beliau bisa membagi waktu untuk Negara dan keluarganya, beliau sangat alim dan sopan santunnya diakui oleh teman-temannya dan sayang ayahku telah meninggalkan aku dan ibuku semenjak kejadian janur kuning yang dipimpin Jendral Soedirman beliau tertembak dan seketika .
Minggu, 19 September 2010
Oase
Belakang ini
Tertunduk lelah menahan jiwa kesepian
Merangkak sambil merunduk-runduk di segala hadapan
Sekali mendongak dengan hati teriris
Dingin…dingin kehidupan yang selalu menemani
Terseok sekali-kali dengan pandangan benci
Tak kuat berasa hangat didalam dada untuk menikam
Dan meleleh saat jembatan menggantung diri diatas darah sungai
Itulah keajaiban dan kejahanaman yang terlilit
Mengering kental dilubuk jiwa
Tertunduk lelah menahan jiwa kesepian
Merangkak sambil merunduk-runduk di segala hadapan
Sekali mendongak dengan hati teriris
Dingin…dingin kehidupan yang selalu menemani
Terseok sekali-kali dengan pandangan benci
Tak kuat berasa hangat didalam dada untuk menikam
Dan meleleh saat jembatan menggantung diri diatas darah sungai
Itulah keajaiban dan kejahanaman yang terlilit
Mengering kental dilubuk jiwa
Senin, 16 Agustus 2010
cerpen
Teman Abadi
Tumpukan kertas menggunung disamping lemari itu, entah berapa banyak kertas yang telah dihabiskan Rizal untuk menulis surat yang akan dia berikan kepada temannya, yang baru-baru ini meninggalkannya. Suasana kamarnya begitu hening, sunyi tak ada suara apapun kecuali suara detikan jam yang selalu berputar dan suara print yang kadang-kadang mencetak lembaran-lembaran suratnya. Kamar itu tak karuan berantakan, semuanya acak-acakkan, dipinggir lemari tumpukan kertas yang menggunung, diatas kasur tumpukan kertas putih yang belum masuk kelubang printer juga berserakan tak karuan serta tinta print yang berceceran diatas lantai sampai-sampai lantai yang berwarna putih akn menjadi hitam.
Didepan kasur sebuah laptop yang tak pernah mati dan terbuka sebuah aplikasi MS Word yang penuh dengan tulisan, dan disebelah kiri laptop sebuah printer berwarna hitam yang kadang-kadang mencetak lembar demi lembar dan selalu dibuang, entah kurang kata-katanya atau kurang bagus. Disamping kanan kasur yang berukuran 2x3 meter seorang lelaki tertidur pulas yang memakai kaos hitam dan celana hitam yang baunya tak karuan, didepannya terlihat sepuluh botol bir yang tergeletak menemaninya menulis suratnya dan juga kulit kacang yang berserakan hampir tersebar disemua lantai kamarnya.
Kamar itu dulunya adalah kamar yang bersih, indah, nyaman dan sekarang kamar itu berubah 180 derajat menjadi kamar yang kumuh, kotor seperti kapal pecah atau kandang kambing yang tak pernah dibersihkan pemiliknya. Hidup Rizal kini seperti orang yang lupa pada dirinya sendiri, yang tak pernah memikirkan makan, mandi bahkan keluarganya yang selalu khawatir akan keadaannya yang semakin hari semaki parah tak pernah dia gubris kata-kata keluarganya, yang memintanya untuk kembali semula dan memperbaiki hidupnya
Entah berapa lama hidup Rizal menggelantung, dan sekarang yang berada dalam otak Rizal hanya membuat sebuah surat untuk temannya, dan setelah jadi dia akan memberikannya juga meminta maaf karena dia tak pernah menduga akan terjadi semuanya. Dia tak pernah keluar rumah untuk menyapa teman-temannya, tetangganya karena dia adalah pemuda yang ramah akrab dengan siapa saja dan tak pernah membeda-bedakan orang, yang kaya atau miskin dia anggap sama saja hanya sesekali keluar rumah itupun untuk membeli bir yang akan selalu menemaninya saat membuat surat, ribuan SMS dari teman-temannya, paman, bibi, kelurganaya yang lain tak pernah dia gubris, sampai temannya pernah suatu kali menjenguknya tapi dia usir dan orang tuanya juga kuwalahan menghadapi sikapnya yang semakin hari semakin buruk. Teman-temanya semuanya prihatin dan hanya bisa berdoa kepada Tuhan semoga Rizal cepat sembuh dari sakitnya. Rizal dulunya adalah seorang yang baik hati, ramah, santai, suka becanda dan tak pernah mempunyai masalah dengan teman-temannya, tapi sekarang dia menjadi seorang yang pendiam, pemabuk berat, keras kepala, dia berubah hampir 360 derajat.
Rizal masih terdaftar mahasiswa jurusan ekonomi semester akhir disebuah universitas terkemuka dikota B, tetapi dia tak dapat meneruskan kuliahnya yang tinggal sejengkal, karena sebuah kejadian yang tak pernah dia lupakan seumur hidupnya dan yang membuatnya berubah sekian derajat, yaitu ketika dia saat melamar seorang wanita yang bernama Fitri, dia dan Fitri sudah sejak dulu saling mencintai dan menjadi teman akrabsejak SMP, tapi mereka belum meresmikan hubungan mereka menjadi sepasang kekasih, mereka berjanji saat keduanya selesai tugas akhir kuliah akan bertunangan dan menikah setelah lulus dari perguruan tinggi.
Saat itu Rizal bersama kedua orang tuanya melamar Fitri, saat itu juga Rizal menyatakan kalau akan melamar Fitri untuk dijadikan permaisuri dalam hidupnya, dan seketika itu jawaban Fitri menerima dan Fitri meminta tunangannya sekalian acara resepsi pernikahannya dan pastinya setelah mereka berdua lulus saja, Rizal dan keluarganya setuju. Setelah acara kesepakatan itu Rizal mengajak Fitri keluar rumah untuk ngobrol-ngobrol ditaman seberang rumah Fitri yang mewati jalan raya yang lumayan ramai, lalu mereka berdua keluar dan melewati jalan yang lumayan ramai itu dengan hati-hati, setelah sampai ditaman mereka asyik mengobrol entah gombalan apa yang dikeluarkan oleh Rizal untuk calon istrinya dan mereka mrencanakan prosesi pernikahannya yang mungkin tinggal beberapa bulan lagi mereka lulus dan menikah.
“ Fit” tukas Rizal.
“ apa mas ?”, jawab Fitri denagn senyuman.
“ perasaanmu sekarang gimana?” tanya Rizal
“ sekarang aku sangat bahagia….mas, dan kamu sediri?”
“ aku juga bahagia nggak terasa kita akan lulus dan menikah dan mempunyai anak yang imut-imut seperti ibunya” canda Rizal pada Fitri dan Fitri pun tersenyum manja,
“ aku akan mengabdi padamu sepenuh jiwa”
“ dan aku akan menjadi pelingdungmu selama-lamanya, kita besok enak nya punya anak berapa ya…”
“ tigalah mas itu sudah cukup” jawab Fitri
“ kuranglah kalau tiga, mendingan kita memiliki anak dua puluh atau berapa biar ramai”, dan Fitri pun tertawa
“ masak sampai dua puluh nggak sekalian lima puluh atau seratus” tambah Fitri
“ nggak pa-pa kalau kamu sanggup seratus pun aku sanggu mengurusinya”
“ bener mas….”
“ ya… tapi ngurusi dari jauh yang memandikan tetapa kamu semuanya tetap kamu…… nggak hanya bercanda kok…. Kita akan selamanya bersatu dan saling membantu sampai punya cucu”
“ya…… kita akan selamanya bersama….”
selang beberapa lama Rizal dapat SMS dari Ibunya kalau mereka akan pulang dan disuruh cepat kembali kerumahnya Fitri, tak lama kemudian Rizal dan Fitri pun kembali tapi pada saat itu jalan ramai sekali karena ada pawai dan mereka harus menunggu cukup lama setelah pawai selesai mereka cepat-cepat menyeberangi jalan yang lumayan lebar, ditengah jalan tak terduga ada mobil sedan yang berkecepatan tinggi dan mereka berdua berusaha untuk cepat-cepat sampai diseberang, tapi saat itu Fitri jatuh saat berlari menyeberang dan sekilat petir menyambar Fitri langsung tertabrak mobil tersebut sampai terlempar jauh dan mengenai pohon seketika pendarahan hebat terjadi pada Fitri dan seketika itu pula Fitri tewas ditempat, sekelilingnya menjerit histeris saat melihat kejadian tersebut dan Rizal shok langsung pingsan, Rizal langsung digotong menuju kerumah Fitri dan orang yang menghantarkan Rizal kerumah Fitri mengabarkan kalau Fitri tewas ditempat dan sekarang baru dievakuasi Polisi, orang tua Fitri seketika juga shok berat, mereka tak menduga kalau sampai anaknya meninggal secepat itu dan matinya tragis ditabarak mobil. Setelah kejadian itulah Rizal tak terima dengan semua yang terjadi dan pula kejadian tersebut merenggut nyawa calon istrinya atau temannya yang selalu dia sayangi, dan mereka sebentar lagi lulus dan menikah, pada saat itulah kepribadian Rizal berubah drastis.
Setelah kejadian tragis itu dia mulai memunculkan kepribadian yang prustasi dan tak sanggup lagi untuk hidup merana karena telah kehilangan seseorang yang akan memasuki hidupnya, api kandas semuanya dan dia tak lama kemudian dimasukkan dipanti rehabilitasi untuk membangkitkan kepercayaan hidupnya kembali, tetapi dia tak ujung sembuh dan tambah parah mentalnya, akhirnya dia meminta pada keluarganya untuk pulang kerumah saja, dirumah dia menjadi pemabuk berat dan sering marah pada siapa saja dan apa saja yang dia inginkan dan dia ingin berusaha membuat sepucuk surat untuk calon istrinya atau teman abadinya, yang tak akan pernah menjadi istrinya tetapi menjadi teman abadinya selama-lamanya.
Yogyakarta, 2010
Tumpukan kertas menggunung disamping lemari itu, entah berapa banyak kertas yang telah dihabiskan Rizal untuk menulis surat yang akan dia berikan kepada temannya, yang baru-baru ini meninggalkannya. Suasana kamarnya begitu hening, sunyi tak ada suara apapun kecuali suara detikan jam yang selalu berputar dan suara print yang kadang-kadang mencetak lembaran-lembaran suratnya. Kamar itu tak karuan berantakan, semuanya acak-acakkan, dipinggir lemari tumpukan kertas yang menggunung, diatas kasur tumpukan kertas putih yang belum masuk kelubang printer juga berserakan tak karuan serta tinta print yang berceceran diatas lantai sampai-sampai lantai yang berwarna putih akn menjadi hitam.
Didepan kasur sebuah laptop yang tak pernah mati dan terbuka sebuah aplikasi MS Word yang penuh dengan tulisan, dan disebelah kiri laptop sebuah printer berwarna hitam yang kadang-kadang mencetak lembar demi lembar dan selalu dibuang, entah kurang kata-katanya atau kurang bagus. Disamping kanan kasur yang berukuran 2x3 meter seorang lelaki tertidur pulas yang memakai kaos hitam dan celana hitam yang baunya tak karuan, didepannya terlihat sepuluh botol bir yang tergeletak menemaninya menulis suratnya dan juga kulit kacang yang berserakan hampir tersebar disemua lantai kamarnya.
Kamar itu dulunya adalah kamar yang bersih, indah, nyaman dan sekarang kamar itu berubah 180 derajat menjadi kamar yang kumuh, kotor seperti kapal pecah atau kandang kambing yang tak pernah dibersihkan pemiliknya. Hidup Rizal kini seperti orang yang lupa pada dirinya sendiri, yang tak pernah memikirkan makan, mandi bahkan keluarganya yang selalu khawatir akan keadaannya yang semakin hari semaki parah tak pernah dia gubris kata-kata keluarganya, yang memintanya untuk kembali semula dan memperbaiki hidupnya
Entah berapa lama hidup Rizal menggelantung, dan sekarang yang berada dalam otak Rizal hanya membuat sebuah surat untuk temannya, dan setelah jadi dia akan memberikannya juga meminta maaf karena dia tak pernah menduga akan terjadi semuanya. Dia tak pernah keluar rumah untuk menyapa teman-temannya, tetangganya karena dia adalah pemuda yang ramah akrab dengan siapa saja dan tak pernah membeda-bedakan orang, yang kaya atau miskin dia anggap sama saja hanya sesekali keluar rumah itupun untuk membeli bir yang akan selalu menemaninya saat membuat surat, ribuan SMS dari teman-temannya, paman, bibi, kelurganaya yang lain tak pernah dia gubris, sampai temannya pernah suatu kali menjenguknya tapi dia usir dan orang tuanya juga kuwalahan menghadapi sikapnya yang semakin hari semakin buruk. Teman-temanya semuanya prihatin dan hanya bisa berdoa kepada Tuhan semoga Rizal cepat sembuh dari sakitnya. Rizal dulunya adalah seorang yang baik hati, ramah, santai, suka becanda dan tak pernah mempunyai masalah dengan teman-temannya, tapi sekarang dia menjadi seorang yang pendiam, pemabuk berat, keras kepala, dia berubah hampir 360 derajat.
Rizal masih terdaftar mahasiswa jurusan ekonomi semester akhir disebuah universitas terkemuka dikota B, tetapi dia tak dapat meneruskan kuliahnya yang tinggal sejengkal, karena sebuah kejadian yang tak pernah dia lupakan seumur hidupnya dan yang membuatnya berubah sekian derajat, yaitu ketika dia saat melamar seorang wanita yang bernama Fitri, dia dan Fitri sudah sejak dulu saling mencintai dan menjadi teman akrabsejak SMP, tapi mereka belum meresmikan hubungan mereka menjadi sepasang kekasih, mereka berjanji saat keduanya selesai tugas akhir kuliah akan bertunangan dan menikah setelah lulus dari perguruan tinggi.
Saat itu Rizal bersama kedua orang tuanya melamar Fitri, saat itu juga Rizal menyatakan kalau akan melamar Fitri untuk dijadikan permaisuri dalam hidupnya, dan seketika itu jawaban Fitri menerima dan Fitri meminta tunangannya sekalian acara resepsi pernikahannya dan pastinya setelah mereka berdua lulus saja, Rizal dan keluarganya setuju. Setelah acara kesepakatan itu Rizal mengajak Fitri keluar rumah untuk ngobrol-ngobrol ditaman seberang rumah Fitri yang mewati jalan raya yang lumayan ramai, lalu mereka berdua keluar dan melewati jalan yang lumayan ramai itu dengan hati-hati, setelah sampai ditaman mereka asyik mengobrol entah gombalan apa yang dikeluarkan oleh Rizal untuk calon istrinya dan mereka mrencanakan prosesi pernikahannya yang mungkin tinggal beberapa bulan lagi mereka lulus dan menikah.
“ Fit” tukas Rizal.
“ apa mas ?”, jawab Fitri denagn senyuman.
“ perasaanmu sekarang gimana?” tanya Rizal
“ sekarang aku sangat bahagia….mas, dan kamu sediri?”
“ aku juga bahagia nggak terasa kita akan lulus dan menikah dan mempunyai anak yang imut-imut seperti ibunya” canda Rizal pada Fitri dan Fitri pun tersenyum manja,
“ aku akan mengabdi padamu sepenuh jiwa”
“ dan aku akan menjadi pelingdungmu selama-lamanya, kita besok enak nya punya anak berapa ya…”
“ tigalah mas itu sudah cukup” jawab Fitri
“ kuranglah kalau tiga, mendingan kita memiliki anak dua puluh atau berapa biar ramai”, dan Fitri pun tertawa
“ masak sampai dua puluh nggak sekalian lima puluh atau seratus” tambah Fitri
“ nggak pa-pa kalau kamu sanggup seratus pun aku sanggu mengurusinya”
“ bener mas….”
“ ya… tapi ngurusi dari jauh yang memandikan tetapa kamu semuanya tetap kamu…… nggak hanya bercanda kok…. Kita akan selamanya bersatu dan saling membantu sampai punya cucu”
“ya…… kita akan selamanya bersama….”
selang beberapa lama Rizal dapat SMS dari Ibunya kalau mereka akan pulang dan disuruh cepat kembali kerumahnya Fitri, tak lama kemudian Rizal dan Fitri pun kembali tapi pada saat itu jalan ramai sekali karena ada pawai dan mereka harus menunggu cukup lama setelah pawai selesai mereka cepat-cepat menyeberangi jalan yang lumayan lebar, ditengah jalan tak terduga ada mobil sedan yang berkecepatan tinggi dan mereka berdua berusaha untuk cepat-cepat sampai diseberang, tapi saat itu Fitri jatuh saat berlari menyeberang dan sekilat petir menyambar Fitri langsung tertabrak mobil tersebut sampai terlempar jauh dan mengenai pohon seketika pendarahan hebat terjadi pada Fitri dan seketika itu pula Fitri tewas ditempat, sekelilingnya menjerit histeris saat melihat kejadian tersebut dan Rizal shok langsung pingsan, Rizal langsung digotong menuju kerumah Fitri dan orang yang menghantarkan Rizal kerumah Fitri mengabarkan kalau Fitri tewas ditempat dan sekarang baru dievakuasi Polisi, orang tua Fitri seketika juga shok berat, mereka tak menduga kalau sampai anaknya meninggal secepat itu dan matinya tragis ditabarak mobil. Setelah kejadian itulah Rizal tak terima dengan semua yang terjadi dan pula kejadian tersebut merenggut nyawa calon istrinya atau temannya yang selalu dia sayangi, dan mereka sebentar lagi lulus dan menikah, pada saat itulah kepribadian Rizal berubah drastis.
Setelah kejadian tragis itu dia mulai memunculkan kepribadian yang prustasi dan tak sanggup lagi untuk hidup merana karena telah kehilangan seseorang yang akan memasuki hidupnya, api kandas semuanya dan dia tak lama kemudian dimasukkan dipanti rehabilitasi untuk membangkitkan kepercayaan hidupnya kembali, tetapi dia tak ujung sembuh dan tambah parah mentalnya, akhirnya dia meminta pada keluarganya untuk pulang kerumah saja, dirumah dia menjadi pemabuk berat dan sering marah pada siapa saja dan apa saja yang dia inginkan dan dia ingin berusaha membuat sepucuk surat untuk calon istrinya atau teman abadinya, yang tak akan pernah menjadi istrinya tetapi menjadi teman abadinya selama-lamanya.
Yogyakarta, 2010
Jumat, 16 Juli 2010
cuplikan
"Jangan pernah berhenti bermimpi, Anakku!"kata sang ayah kepada putranya.
"Mengapa kita harus mendengarkan suara hati kita?"tanya seorang anak kepada ayahnya.
"Sebab dimana hatimu berada, disitulah hartamu berada, Nak."jawab sang ayah.
"Tetapi Yah, hatiku selalu gelisah. Hatiku menyimpan mimpi-mimpi, menjadi emosional, dan mendambakan seorang wanita berkerudung. Hatiku meminta banyak hal dan membuatku gelisah tak bisa tidur bermalam-malam saat aku memikirkan wanita itu!"tanya anaknya lagi.
"Kalau begitu baguslah. Berarti hatimu hidup. Jangan berhenti mendengarkan suaranya, Anakku!"jawab sang Ayah tersenyum.
Mereka terdiam sejenak. Si anak mencoba mendengarkan suara hatinya sedang si ayah menjaga senyumnya.
"Ayah, hatiku penghianat! Hatiku tak ingin aku jalan terus, Ayah!"lanjut si anak.
"Masuk akal, Nak! Wajar saja kalau hatimu takut kau kehilangan segala yang telah kau miliki dalam usaha meraih mimpimu."jawab sang Ayah.
"Kalau begitu, buat apa aku mendengarkan suara hatiku, Ayah?"tanya sang anak.
"Sebab kau takkan pernah bisa menyuruhnya diam. Kalaupun kau pura-pura menulikan kedua telingamu terhadapnya, dia akan selalu bersuara di dalam dirimu, mengulangi pikiranmu tentang kehidupan dan dunia ini, Nak!"jawab sang ayah sambil terus menerus menjaga senyumnya.
"Maksud Ayah, aku harus mendengarkan, andaipun dia berhianat?"tanyanya lagi.
"Penghianatan adalah sebuah pukulan ytak terduga-duga. Kalau kau mengenal hatimu dengan baik, dia takkan pernah menghianatimu. Sebab kau tahu pasti mimpi-mimpi dan keinginan-keinginannya, dan kau akan tahu juga cara menyikapinya."jawab sang Ayah.
Sang anak terdiam.
"Kau takkan pernah bisa lari dari hatimu. Jadi, sebaiknya dengarkanlah suaranya. Dengan begitu, kau tidak perlu takut mendapatkan pukulan yang tak disangka-sangka."lanjut sang ayah.
Semua terdiam. Suasana hening.
"Jangan pernah berhenti bermimpi, Anakku."kata sang ayah untuk yang terakhir kalinya.
"Mengapa kita harus mendengarkan suara hati kita?"tanya seorang anak kepada ayahnya.
"Sebab dimana hatimu berada, disitulah hartamu berada, Nak."jawab sang ayah.
"Tetapi Yah, hatiku selalu gelisah. Hatiku menyimpan mimpi-mimpi, menjadi emosional, dan mendambakan seorang wanita berkerudung. Hatiku meminta banyak hal dan membuatku gelisah tak bisa tidur bermalam-malam saat aku memikirkan wanita itu!"tanya anaknya lagi.
"Kalau begitu baguslah. Berarti hatimu hidup. Jangan berhenti mendengarkan suaranya, Anakku!"jawab sang Ayah tersenyum.
Mereka terdiam sejenak. Si anak mencoba mendengarkan suara hatinya sedang si ayah menjaga senyumnya.
"Ayah, hatiku penghianat! Hatiku tak ingin aku jalan terus, Ayah!"lanjut si anak.
"Masuk akal, Nak! Wajar saja kalau hatimu takut kau kehilangan segala yang telah kau miliki dalam usaha meraih mimpimu."jawab sang Ayah.
"Kalau begitu, buat apa aku mendengarkan suara hatiku, Ayah?"tanya sang anak.
"Sebab kau takkan pernah bisa menyuruhnya diam. Kalaupun kau pura-pura menulikan kedua telingamu terhadapnya, dia akan selalu bersuara di dalam dirimu, mengulangi pikiranmu tentang kehidupan dan dunia ini, Nak!"jawab sang ayah sambil terus menerus menjaga senyumnya.
"Maksud Ayah, aku harus mendengarkan, andaipun dia berhianat?"tanyanya lagi.
"Penghianatan adalah sebuah pukulan ytak terduga-duga. Kalau kau mengenal hatimu dengan baik, dia takkan pernah menghianatimu. Sebab kau tahu pasti mimpi-mimpi dan keinginan-keinginannya, dan kau akan tahu juga cara menyikapinya."jawab sang Ayah.
Sang anak terdiam.
"Kau takkan pernah bisa lari dari hatimu. Jadi, sebaiknya dengarkanlah suaranya. Dengan begitu, kau tidak perlu takut mendapatkan pukulan yang tak disangka-sangka."lanjut sang ayah.
Semua terdiam. Suasana hening.
"Jangan pernah berhenti bermimpi, Anakku."kata sang ayah untuk yang terakhir kalinya.
Kamis, 08 Juli 2010
Rabu, 07 Juli 2010
lagu
Lirik Kotak
Kotak – Bayang AbadiHening malam ku sendiri
Bintang bulan ku pandangi
Hari-hari ku lewati
Kenangan indah dengan mu
Masih terasa di hati
Rasa sedih tak bertepi
Tak ada cinta sejati didunia ini
Mungkin kau tercipta tuk pergi
Meski bayangmu di benak abadi
Saat ini dirimu telah pergi
Berdiri menanti kau kembali
Mungkin kau tercipta tuk pergi
Meski bayangmu di benak abadi
Saat ini dirimu telah pergi
Berdiri menanti, Berdiri menanti
Berdiri menanti kau kembali
Bayangmu kan abadi
Meski kau telah pergi
Disini ku berdiri
Menanti kau kembali
Sabtu, 03 Juli 2010
Selasa, 01 Juni 2010
sejarah
SEJARAH SAMIN
GEGER SAMIN
Samin Surosentiko lahir pada tahun 1859, di Desa Ploso Kedhiren, Randublatung Kabupaten Blora. Ayahnya bernama Raden Surowijaya atau lebih dikenal dengan Samin Sepuh. Nama Samin Surosentiko yang asli adalah Raden Kohar . Nama ini kemudian dirubah menjadi Samin, yaitu sebuah nama yang bernafas kerakyatan. Samin Surosentiko masih mempunyai pertalian darah dengan Kyai Keti di Rajegwesi, Bojonegoro dan juga masih bertalian darah dengan Pengeran Kusumoningayu yang berkuasa di daerah Kabupaten Sumoroto ( kini menjadi daerah kecil di Kabupaten Tulungagung) pada tahun 1802-1826. Pada tahun 1890 Samin Surosentiko mulai mengmbangkan ajarannya di daerah Klopoduwur, Blora. Banyak penduduk di desa sekitar yang tertarik dengan ajarannya, sehingga dalam waktu singkat sudah banyak masyarakat yang menjadi pengikutnya. Pada saat itu pemerintah Kolonial Belanda belum tertarik dengan ajarannya, karena dianggap sebagai ajaran kebatinan biasa atau agama baru yang tidak membahayakan keberadaan pemerintah kolonial. Pada tahun 1903 Residen Rembang melaporkan bahwa ada sejumlah 722 orang pengikut samin yang tersebar di 34 Desa di Blora bagian selatan dan daerah Bojonegoro. Mereka giat mengembangkan ajaran Samin. Sehingga sampai tahun 1907 orang Samin berjumlah + 5.000 orang. Pemerintah Kolonial Belanda mulai merasa was-was sehingga banyak pengikut Samin yang ditangkap dan dipenjarakan. Dan pada tanggal 8 Nopember 1907, Samin Surosentiko diangkat oleh pengikutnya sebagai RATU ADIL,dengan gelar Prabu Panembahan Suryangalam. Kemudian selang 40 hari sesudah peristiwa itu, Samin Surosentiko ditangkap oleh radenPranolo, yatu asisten Wedana Randublatung. Setelah ditangkap Samin beserta delapan pengikutnya lalu dibuang ke luar Jawa, dan berliau meninggal di luar jawa pada tahun 1914. Tahun 1908, Penangkapan Samin Surosentiko tidak memadamkan pergerakan Samin. Wongsorejo, salah satu pengikut Samin menyebarkan ajarannya didistrik Jawa, Madiun. Di sini orang-orang Desa dihasut untuk tidak membayar Pajak kepada Pemerintah Kolonial. Akan tetapi Wongsorejo dengan baberapa pengikutnya ditangkap dan dibuang keluar Jawa. Tahun 1911 Surohidin, menantu Samin Surosentiko dan Engkrak salah satu pengikutnya menyebarkan ajaran Samin di daerah Grobogan, sedangkan Karsiyah menyebarkan ajaran Samin ke Kajen, Pati. Tahun 1912, pengikut Samin mencoba menyebarkan ajarannya di daerah Jatirogo, Kabupaten Tuban, tetapi mengalami kegagalan. Tahun 1914, merupakan puncak Geger Samin. Hal ini disebabkan karena Pemerintah Kolonial belanda menaikkan Pajak, bahkan di daerah Purwodadi orang-orang Samin sudah tidak lagi menghormati Pamong Desa dan Polisi, demikian juga di Distrik Balerejo, Madiun. Di Kajen Pati, Karsiyah tampil sebagai Pangeran Sendang Janur, menghimbau kepada masyarakat untuk tidak membayar pajak. Di Desa Larangan, Pati orang-orang Samin juga menyerang aparat desa dan Polisi Di Desa Tapelan, Bojonegoro juga terjadi perlawanan terhadap Pemerintah Kolonial Belanda, yaitu dengan tidak mau membayar pajak. Tahun 1930, perlawanan Samin terhadap pemerintah Kolonial terhenti, hal ini disebabkan karena tidak ada figur pimpinan yang tanggguh Dalam naskah tulisan tangan yang diketemukan di Desa Tapelan yang berjudul Serat Punjer Kawitan, disebut-sebut juga kaitan Samin Surosentiko dengan Adipati Sumoroto Dari data yang ditemukan dalam Serat Punjer Kawitan dapat disimpulkan bahwa Samin Surosentiko yang waktu kecilnya bernama Raden Kohar , adalah seorang Pangeran atau Bangsawan yang menyamar dikalangan rakyat pedesaan. Dia ingin menghimpun kekuatan rakyat untuk melawan Pemerintah Kolonial Belanda dengan cara lain
SAMIN SUROSENTIKO DAN AJARANNYA
AJARAN KEBATINAN
Menurut warga Samin di Desa Tapelan, Samin Surosentiko dapat menulis dan membaca aksara Jawa, hal ini bisa dibuktikan dengan beberapa buku peninggalan Samin Surosentiko yang diketemukan di Desa Tapelan dan beberapa desa samin lainnya. Khusus di Desa Tapelan buku-bukun peninggalan Samin Surosentiko disebut SERAT JAMUSKALIMOSODO, serat Jamuskalimosodo ini ada beberapa buku. Di antaranya adalah buku Serat Uri-uri Pambudi, yaitu buku tentang pemeliharaan tingkah laku manusia yang berbudi. Ajaran kebatinan Samin surosentiko adalah perihal ? manunggaling kawulo Gusti atau sangkan paraning dumadi ?. Menurut Samin Surosentiko , perihal manunggaling kawulo Gusti itu dapat diibaratkan sebagai ? rangka umanjing curiga ?( tempat keris yang meresap masuk ke dalam kerisnya ). Dalam buku Serat Uri-uri Pambudi diterangkan sebagai berikut : ?Tempat keris yang meresap masuk dalam kerisnya mengibaratkan ilmu ke-Tuhan-an. Hal ini menunjukkan pamor (pencampuran) antara mahkluk dan Khaliknya yang benar-benar sejati. Bila mahkluk musnah, yang ada hanyalah Tuhan (Khalik). Senjata tajam merupakan ibarat campuran yang menunjukkan bahwa seperti itulah yang disebut campuran mahkluk dan Khaliknya. Sebenarnya yang dinamakan hidup hanyalah terhalang oleh adanya badan atau tubuh kita sendiri yang terdiri dari darah, daging dan tulang. Hidup kita ini, yang menghidupinya adalah yang sama-sama menjadi pancer (pokok) kita. Hidup yang sejati itu adalah hidup yang menghidupi segala hal yang ada di semesta alam.? Di tempat lain Samin Surosentiko menjelaskan lagi sebagai berikut : ? Yang dinamakan sifat Wisesa (penguasa utama/luhur) yang bertindak sebagai wakil Allah, yaitu ingsun (aku, saya), yang membikin rumah besar, yang merupakan dinding (tirai) yaitu badan atau tubuh kita (yaitu yang merupakan realisasi kehadirannya ingsun). Yang bersujud adalah mahkluk, sedang yang disujudi adalah Khalik, (Allah, Tuhan). Hal ini sebenarnya hanya terdindingi oleh sifat. Maksudnya, hudip mandiri itu sebenarnya telah berkumpul menjadi satu antara mahkluk dan Khaliknya.? Selanjutnya menurut Samin Surosentiko, yang bertindak mencari sandang pangan kita sehari-hari adalah ? Saderek gangsal kalima pancer? adapun jiwa kita diibaratkan oleh Samin sebagai mandor. Seorag mandor harus mengawasi kuli-kulinya. Atau lebih jelasnya dikatakan sebagai berikut: ? Gajah Seno saudara Wrekodara yang berwujud gajah. Jelasnya saudara yang berjumlah lima itu mengibaratkan ilmu ke-Tuhan-an. Hal ini perlu dicapai (yaitu tiga saudara, empat dan lima pokoknya). Adapun yang bekerja mencari sandang pangan setiap hari itu adalah saudara kita berlima itu. Adapun jiwa (sukma) kita bertindak sebagai mandor. Itulah sebabnya mandor harus berpegang teguh pada kekuasaan yang berada ditangannya untuk mengatur anak buahnya, agar semuanya selamat. Sebaliknya apabila anak buahnya tadi betindak salah dan tindakan tersebut dibiarkan saja, maka lama kelamaan mereka kian berbuat seenaknya. Hal ini akan mengakibatkan penderitaan. Pengandaian jiwa sebagai mandhor dan sedulur papat kalima pancer sebagai kuli-kuli tersebut diatas adalah sangat menarik. Kata-kata ini erat hubungannya dengan kerja paksa/kerja rodi di hutan-hutan jati di daerah Blora dan sekitarnya. Pekerja rodi terdiri dari mandor dan kuli. Mandhor berfungsi sebagai pengawas, sedangkan kuli berfungsi sebagai pekerja. Pemakaian kata yang sederhana tersebut oleh Samin Surosentiko dikandung maksud agar ajarannya dapat dimengerti oleh murid-muridnya yang umumnya adalah orang desa yang terkena kerja paksa. Menurut Samin Surosentiko, tugas manusia di dunia adalah sebagai utusan Tuhan. Jadi apa yang dialami oleh manusia di dunia adalah kehendak Tuhan. Oleh karena itu sedih dan gembira, sehat dan sakit, bahagia dan sedih, harus diterima sebagai hal yang wajar. Hal tersebut bisa dilihat pada ajarannya yang berbunyi : ? ..Menurut perjanjian, manusia adalah pesuruh Tuhan di dunia untuk menambah kendahan jagad raya. Dalam hubungan ini masyarakat harus menyadari bahwa mereka hanyalah sekedar melaksanakan perintah. Oleh karena itu apabila manusia mengalami kebahagiaan dan kecelakaan, sedih dan gembira, sehat dan sakit, semuanya harus diterima tanpa keluhan, sebab manusia terikat dengan perjanjiannya. Yang terpenting adalah manusia hidup di dunia ini harus mematuhi hukum Tuhan, yaitu memahami pada asal-usulnya masing-masing?.? Samin Surosentiko juga mengajarkan pengikutnya untuk berbuat kebajikan, kejujuran dan kesabaran. Murid-muridnya dilarang mempunyai rasa dendam. Adapun ajaran selengkapnya sebagai berikut: ? ?Arah tujuannya agar dapat berbuat baik dengan niat yang sungguh-sungguh, sehingga tidak ragu-ragu lagi. Tekad jangan sampai goyah oleh sembarang godaan, serta harus menjalankan kesabaran lahir dan batin, sehingga bagaikan mati dalam hidup. Segala tindak-tanduk yang terlahir haruslah dapat menerima segala cobaan yang datang padanya, walaupun terserang sakit, hidupnya mengalami kesulitan, tidak disenangi orang, dijelek-jelekkan orang, semuanya harus diterima tanpa gerutuan, apalagi sampai membalas berbuat jahat, melainkan orang harus selalu ingat pada Tuhan?,? Ajaran di atas dalam tradisi lisan di desa Tapelan dikenal sebagai ? angger-angger pratikel? (hukum tindak tanduk), ? angger-angger pengucap ? (hukum berbicara), serta ? angger-angger lakonana? (hukum perihal apa saja yang perlu dijalankan). Hukum yang pertama berbunyi ?Aja dengki srei, tukar padu, dahpen kemeren, aja kutil jumput, mbedog colong.? Maksudnya, warga samin dilarang berhati jahat, berperang mulut, iri hati pada orang lain, dan dilarang mengambil milik orang. Hukum ke dua berbunyi ? Pangucap saka lima bundhelane ana pitu lan pengucap saka sanga budhelane ana pitu.? Maksud hukum ini , orang berbicara harus meletakkan pembicaraannya diantara angka lima, tujuh dan sembilan. Angka-angka tersebut hanyalah simbolik belaka. Jelasnya, kita harus memelihara mulut kita dari segala kata-kata yang tidak senonoh atau kata-kata yang menyakitkan orang lain. Kata-kata yang tidak senonoh dan dapat menyakitkan orang lain dapat mengakibatkan hidup manusia ini tidak sempurna. Adapun hukum yang ke tiga berbunyi ? Lakonana sabar trokal. Sabare dieling-eling. Trokale dilakoni.? Maksudnya, warga Samin senantiasa diharap ingat pada kesabaran dan berbuat ? bagaikan orang mati dalam hidup ? Menurut Samin Surosentiko, semua ajaran diatas dapat berjalan denganbaik asalkan orang yang menerima mau melatih diri dalam hal samadi. Ajaran ini tertuang dalam Serat Uri-uri Pambudi yang berbunyi sebagai berikut : ??Adapun batinnya agar dapat mengetahui benar-benar akan perihal peristiwa kematiannya, yaitu dengan cara samadi, berlatih ?mati? senyampang masih hidup (mencicipi mati) sehingga dapat menanggulangi segala godaan yang menghalang-halangi perjalanannya bersatu dengan Tuhan, agar upaya kukuh, dapat terwujud, dan terhindar dari bencana.?Selanjutnya menurut Samin Surosentiko, setelah manusia meninggal diharapkan roh manusia yang meninggal tadi tidak menitis ke dunia, baik sebagai binatang( bagi manusia yang banyak dosa) atau sebagai manusia (bagi manusia yang tidak banyak dosa), tapi bersatu kembali dengan Tuhannya. Hal ini diterangkan Samin Surosentiko dengan contoh-contoh yang sulit dimengerti orang apabila yang bersangkutan tak banyak membaca buku-buku kebatinan. Demikian kata Samin Surosentiko : ? ?Teka-teki ini menunjukkan bahwa jarak dari betal makmur ke betal mukaram sejengkal, dan dari betal mukaram ke betal mukadas juga sejengkal. Jadi triloka itu jaraknya berjumlah tiga jengkal. Kelak apabila manusia meninggal dunia supaya diusahakan tidak terkuasai oleh triloka. Hal ini seperti ajaran Pendeta Jamadagni. Tekad pendeta Jamadagni yang ingin meninggalkan dunia tanpa terikat oleh triloka itu diceritakan oleh Serat Rama. Pada awalnya ingin menitis pada bayi yang lahir (lahir kembali kedunia). Oleh karena itulah pada waktu meninggal dunia dia berusaha tidak salah jalan, yaitu kembali ke rahim wanita lagi. (jangan sampai menitis kembali pada bayi, lahir kembali ke dunia).? Dari keterangan diatas dapatlah diketahiu bahwa Samin Surosentiko tidak menganut faham ?Penitisan? tapi menganut faham ? manunggaling kawulo Gusti? atau ?sangkan paraning dumadi?. Dari ajaran-ajaran tertulis di atas jelas kiranya bahwa Samin Surosentiko adalah seorang ?theis?. Keparcayaan pada Tuhan, yang disebutnya dengan istilah-istilah Gusti, Pangeran, Allah, Gusti Allah, sangatlah kuat, hal ini bisa dilihat pada ajarannya : ? Adapun Tuhan itu ada, jelasnya ada empat. Batas dunia disebelah utara, selatan, timur, dan barat. Keempatnya menjadi bukti bahwa Tuhan itu ada (adanya semesta alam dan isinya itu juga merupakan bukti bahwa Tuhan itu ada?.? Demikianlah cuplikan ajaran Samin Surosentiko yang berasal dari Serat Uri-uri Pambudi. Selanjutnya akan dijelaskan ajaran Samin Surosentiko yang terdapat dalam buku Serat Pikukuh Kasajaten. Buku ini maknanya pengukuhan kehidupan yang sejati. Ajaran dalam buku Serat Pikukuh Kasajaten ditulis dalam bentuk puisi tembang, yaitu suatu genre puisi tradisional kesusasteraan Jawa. Disini yang akan dikutip adalah sebuah tembang Pangkur yang mengandung ajaran perihal Perkawainan. Adapun tembang Pangkur yang dimaksud seperti dibawah ini : ? Saha malih dadya garan, anggegulang gelunganing pembudi, palakrama nguwoh mangun, memangun traping widya, kasampar kasandhung dugi prayogantuk, ambudya atmaja tama, mugi-mugu dadi kanthi.? Menurut Samin, perkawinan itu sangat penting. Dalam ajarannya perkawinan itu merupakan alat untuk meraih keluhuran budi yang seterusnya untuk menciptakan ?Atmaja Tama? (anak yang mulia). Dalam ajaran Samin , dalam perkawinan seorang temanten laki-laki diharuskan mengucapkan syahadat, yang berbunyi kurang lebih demikian : ? Sejak Nabi Adam pekerjaan saya memang kawin. (Kali ini) mengawini seorang perempuan bernama?? Saya berjanji setia kepadanya. Hidup bersama telah kami jalani berdua.? Demikian beberapa ajaran kepercayaan yang diajarkan Samin Surosentiko pada pengikutnya yang sampai sekarang masih dipatuhi warga samin.
AJARAN POLITIK
Dalam ajaran politiknya Samin Surosentiko mengajak pengikut-pengikutnya untuk melawan Pemerintahan Koloniak Belanda. Hal ini terwujud dalam sikap :
1. Penolakan membayar pajak
2. penolakan memperbaiki jalan
3. penolakan jaga malam (ronda)
4. penolakan kerja paksa/rodi
Samin Surosentiko juga memberikan ajaran mengenai kenegaraan yang tertuang dalam Serat Pikukuh Kasajaten, yaitu sebuah Negara akan terkenal dan disegani orang serta dapat digunakan sebagai tempat berlindung rakyatnya apabila para warganya selalu memperhatikan ilmu pengetahuan dan hidup dalam perdamaian. Dalam salah satu ceramahnya yang dilakukan tanah lapang Desa Bapangan Blora, pada malam Kamis legi, 7 Pebruari 1889 yang menyatakan bahwa tanah Jawa adalah milik keturunan Pandawa. Keturunan Pandawa adalah keluarga Majapahit. Sejarah ini termuat dalam Serat Punjer Kawitan. Atas dasar Serat Punjer Kawitan itulah, Samin Surosentiko mengajak pengikut-pengikutnya untuk melawan Pemerintah Belanda. Tanah Jawa bukan milik Belanda. Tanah Jawa adalah tanah milik ? wong Jawa ?. Oleh karena itulah maka tarikan pajak tidak dibayarkan. Pohon-pohon jati di hutan ditebangi, sebab pohon jati dianggap warisan dari leluhur Pandawa. Tentu saja ajaran itu menggegerkan Pemerintahan Belanda, sehingga Pemerintah Belanda melakukan penangkapan terhadap pemimpin-pemimpin ajaran Samin. Geger Samin atau Pergerakan Samin yang dipimpin oleh Samin Surosentiko sebenarnya bukan saja desebabkanoleh faktor ekonomis saja, akantetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor lain. Yang jelas pemberontakan melawan Pemerintahan Kolonial Belanda didasarkan pada kebudayaan Jawa yang religius.. Dengan demikian ajaran Samin surosentiko bukanlah ajaran yang pesimitis, melainkan ajaran yang penuh kreatifitas dan keberanian. Samin Surosentiko yang hidup dari tahun 1859 sampai tahun 1914 ternyata telah memberi warna sejarah perjuangan bangsa, walaupun orang-orang di daerahnya, Blora yang bukan warga Samin mencemoohkannya, tapi sejarah telah mencatatnya, dia telah mampu menghimpun kekuatan yang luar biasa besarnya. Ajaran-ajarannya tidak hanya tersebar didaerah Blora saja, tetapi tersebar di beberapa daerah lainnya, seperti : Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Madiun, Jember, Banyuwangi, Purwodadi, Pati, Rembang, Kudus, Brebes, dan lain-lain.
DENGAN DEMIKIAN SAMIN SUROSENTIKO ADALAH PAHLAWAN LOKAL YANG PERLU DIPERHATIKAN JASA-JASANYA.
diambil dari situs pemkab kabupaten blora jawa tengah.
GEGER SAMIN
Samin Surosentiko lahir pada tahun 1859, di Desa Ploso Kedhiren, Randublatung Kabupaten Blora. Ayahnya bernama Raden Surowijaya atau lebih dikenal dengan Samin Sepuh. Nama Samin Surosentiko yang asli adalah Raden Kohar . Nama ini kemudian dirubah menjadi Samin, yaitu sebuah nama yang bernafas kerakyatan. Samin Surosentiko masih mempunyai pertalian darah dengan Kyai Keti di Rajegwesi, Bojonegoro dan juga masih bertalian darah dengan Pengeran Kusumoningayu yang berkuasa di daerah Kabupaten Sumoroto ( kini menjadi daerah kecil di Kabupaten Tulungagung) pada tahun 1802-1826. Pada tahun 1890 Samin Surosentiko mulai mengmbangkan ajarannya di daerah Klopoduwur, Blora. Banyak penduduk di desa sekitar yang tertarik dengan ajarannya, sehingga dalam waktu singkat sudah banyak masyarakat yang menjadi pengikutnya. Pada saat itu pemerintah Kolonial Belanda belum tertarik dengan ajarannya, karena dianggap sebagai ajaran kebatinan biasa atau agama baru yang tidak membahayakan keberadaan pemerintah kolonial. Pada tahun 1903 Residen Rembang melaporkan bahwa ada sejumlah 722 orang pengikut samin yang tersebar di 34 Desa di Blora bagian selatan dan daerah Bojonegoro. Mereka giat mengembangkan ajaran Samin. Sehingga sampai tahun 1907 orang Samin berjumlah + 5.000 orang. Pemerintah Kolonial Belanda mulai merasa was-was sehingga banyak pengikut Samin yang ditangkap dan dipenjarakan. Dan pada tanggal 8 Nopember 1907, Samin Surosentiko diangkat oleh pengikutnya sebagai RATU ADIL,dengan gelar Prabu Panembahan Suryangalam. Kemudian selang 40 hari sesudah peristiwa itu, Samin Surosentiko ditangkap oleh radenPranolo, yatu asisten Wedana Randublatung. Setelah ditangkap Samin beserta delapan pengikutnya lalu dibuang ke luar Jawa, dan berliau meninggal di luar jawa pada tahun 1914. Tahun 1908, Penangkapan Samin Surosentiko tidak memadamkan pergerakan Samin. Wongsorejo, salah satu pengikut Samin menyebarkan ajarannya didistrik Jawa, Madiun. Di sini orang-orang Desa dihasut untuk tidak membayar Pajak kepada Pemerintah Kolonial. Akan tetapi Wongsorejo dengan baberapa pengikutnya ditangkap dan dibuang keluar Jawa. Tahun 1911 Surohidin, menantu Samin Surosentiko dan Engkrak salah satu pengikutnya menyebarkan ajaran Samin di daerah Grobogan, sedangkan Karsiyah menyebarkan ajaran Samin ke Kajen, Pati. Tahun 1912, pengikut Samin mencoba menyebarkan ajarannya di daerah Jatirogo, Kabupaten Tuban, tetapi mengalami kegagalan. Tahun 1914, merupakan puncak Geger Samin. Hal ini disebabkan karena Pemerintah Kolonial belanda menaikkan Pajak, bahkan di daerah Purwodadi orang-orang Samin sudah tidak lagi menghormati Pamong Desa dan Polisi, demikian juga di Distrik Balerejo, Madiun. Di Kajen Pati, Karsiyah tampil sebagai Pangeran Sendang Janur, menghimbau kepada masyarakat untuk tidak membayar pajak. Di Desa Larangan, Pati orang-orang Samin juga menyerang aparat desa dan Polisi Di Desa Tapelan, Bojonegoro juga terjadi perlawanan terhadap Pemerintah Kolonial Belanda, yaitu dengan tidak mau membayar pajak. Tahun 1930, perlawanan Samin terhadap pemerintah Kolonial terhenti, hal ini disebabkan karena tidak ada figur pimpinan yang tanggguh Dalam naskah tulisan tangan yang diketemukan di Desa Tapelan yang berjudul Serat Punjer Kawitan, disebut-sebut juga kaitan Samin Surosentiko dengan Adipati Sumoroto Dari data yang ditemukan dalam Serat Punjer Kawitan dapat disimpulkan bahwa Samin Surosentiko yang waktu kecilnya bernama Raden Kohar , adalah seorang Pangeran atau Bangsawan yang menyamar dikalangan rakyat pedesaan. Dia ingin menghimpun kekuatan rakyat untuk melawan Pemerintah Kolonial Belanda dengan cara lain
SAMIN SUROSENTIKO DAN AJARANNYA
AJARAN KEBATINAN
Menurut warga Samin di Desa Tapelan, Samin Surosentiko dapat menulis dan membaca aksara Jawa, hal ini bisa dibuktikan dengan beberapa buku peninggalan Samin Surosentiko yang diketemukan di Desa Tapelan dan beberapa desa samin lainnya. Khusus di Desa Tapelan buku-bukun peninggalan Samin Surosentiko disebut SERAT JAMUSKALIMOSODO, serat Jamuskalimosodo ini ada beberapa buku. Di antaranya adalah buku Serat Uri-uri Pambudi, yaitu buku tentang pemeliharaan tingkah laku manusia yang berbudi. Ajaran kebatinan Samin surosentiko adalah perihal ? manunggaling kawulo Gusti atau sangkan paraning dumadi ?. Menurut Samin Surosentiko , perihal manunggaling kawulo Gusti itu dapat diibaratkan sebagai ? rangka umanjing curiga ?( tempat keris yang meresap masuk ke dalam kerisnya ). Dalam buku Serat Uri-uri Pambudi diterangkan sebagai berikut : ?Tempat keris yang meresap masuk dalam kerisnya mengibaratkan ilmu ke-Tuhan-an. Hal ini menunjukkan pamor (pencampuran) antara mahkluk dan Khaliknya yang benar-benar sejati. Bila mahkluk musnah, yang ada hanyalah Tuhan (Khalik). Senjata tajam merupakan ibarat campuran yang menunjukkan bahwa seperti itulah yang disebut campuran mahkluk dan Khaliknya. Sebenarnya yang dinamakan hidup hanyalah terhalang oleh adanya badan atau tubuh kita sendiri yang terdiri dari darah, daging dan tulang. Hidup kita ini, yang menghidupinya adalah yang sama-sama menjadi pancer (pokok) kita. Hidup yang sejati itu adalah hidup yang menghidupi segala hal yang ada di semesta alam.? Di tempat lain Samin Surosentiko menjelaskan lagi sebagai berikut : ? Yang dinamakan sifat Wisesa (penguasa utama/luhur) yang bertindak sebagai wakil Allah, yaitu ingsun (aku, saya), yang membikin rumah besar, yang merupakan dinding (tirai) yaitu badan atau tubuh kita (yaitu yang merupakan realisasi kehadirannya ingsun). Yang bersujud adalah mahkluk, sedang yang disujudi adalah Khalik, (Allah, Tuhan). Hal ini sebenarnya hanya terdindingi oleh sifat. Maksudnya, hudip mandiri itu sebenarnya telah berkumpul menjadi satu antara mahkluk dan Khaliknya.? Selanjutnya menurut Samin Surosentiko, yang bertindak mencari sandang pangan kita sehari-hari adalah ? Saderek gangsal kalima pancer? adapun jiwa kita diibaratkan oleh Samin sebagai mandor. Seorag mandor harus mengawasi kuli-kulinya. Atau lebih jelasnya dikatakan sebagai berikut: ? Gajah Seno saudara Wrekodara yang berwujud gajah. Jelasnya saudara yang berjumlah lima itu mengibaratkan ilmu ke-Tuhan-an. Hal ini perlu dicapai (yaitu tiga saudara, empat dan lima pokoknya). Adapun yang bekerja mencari sandang pangan setiap hari itu adalah saudara kita berlima itu. Adapun jiwa (sukma) kita bertindak sebagai mandor. Itulah sebabnya mandor harus berpegang teguh pada kekuasaan yang berada ditangannya untuk mengatur anak buahnya, agar semuanya selamat. Sebaliknya apabila anak buahnya tadi betindak salah dan tindakan tersebut dibiarkan saja, maka lama kelamaan mereka kian berbuat seenaknya. Hal ini akan mengakibatkan penderitaan. Pengandaian jiwa sebagai mandhor dan sedulur papat kalima pancer sebagai kuli-kuli tersebut diatas adalah sangat menarik. Kata-kata ini erat hubungannya dengan kerja paksa/kerja rodi di hutan-hutan jati di daerah Blora dan sekitarnya. Pekerja rodi terdiri dari mandor dan kuli. Mandhor berfungsi sebagai pengawas, sedangkan kuli berfungsi sebagai pekerja. Pemakaian kata yang sederhana tersebut oleh Samin Surosentiko dikandung maksud agar ajarannya dapat dimengerti oleh murid-muridnya yang umumnya adalah orang desa yang terkena kerja paksa. Menurut Samin Surosentiko, tugas manusia di dunia adalah sebagai utusan Tuhan. Jadi apa yang dialami oleh manusia di dunia adalah kehendak Tuhan. Oleh karena itu sedih dan gembira, sehat dan sakit, bahagia dan sedih, harus diterima sebagai hal yang wajar. Hal tersebut bisa dilihat pada ajarannya yang berbunyi : ? ..Menurut perjanjian, manusia adalah pesuruh Tuhan di dunia untuk menambah kendahan jagad raya. Dalam hubungan ini masyarakat harus menyadari bahwa mereka hanyalah sekedar melaksanakan perintah. Oleh karena itu apabila manusia mengalami kebahagiaan dan kecelakaan, sedih dan gembira, sehat dan sakit, semuanya harus diterima tanpa keluhan, sebab manusia terikat dengan perjanjiannya. Yang terpenting adalah manusia hidup di dunia ini harus mematuhi hukum Tuhan, yaitu memahami pada asal-usulnya masing-masing?.? Samin Surosentiko juga mengajarkan pengikutnya untuk berbuat kebajikan, kejujuran dan kesabaran. Murid-muridnya dilarang mempunyai rasa dendam. Adapun ajaran selengkapnya sebagai berikut: ? ?Arah tujuannya agar dapat berbuat baik dengan niat yang sungguh-sungguh, sehingga tidak ragu-ragu lagi. Tekad jangan sampai goyah oleh sembarang godaan, serta harus menjalankan kesabaran lahir dan batin, sehingga bagaikan mati dalam hidup. Segala tindak-tanduk yang terlahir haruslah dapat menerima segala cobaan yang datang padanya, walaupun terserang sakit, hidupnya mengalami kesulitan, tidak disenangi orang, dijelek-jelekkan orang, semuanya harus diterima tanpa gerutuan, apalagi sampai membalas berbuat jahat, melainkan orang harus selalu ingat pada Tuhan?,? Ajaran di atas dalam tradisi lisan di desa Tapelan dikenal sebagai ? angger-angger pratikel? (hukum tindak tanduk), ? angger-angger pengucap ? (hukum berbicara), serta ? angger-angger lakonana? (hukum perihal apa saja yang perlu dijalankan). Hukum yang pertama berbunyi ?Aja dengki srei, tukar padu, dahpen kemeren, aja kutil jumput, mbedog colong.? Maksudnya, warga samin dilarang berhati jahat, berperang mulut, iri hati pada orang lain, dan dilarang mengambil milik orang. Hukum ke dua berbunyi ? Pangucap saka lima bundhelane ana pitu lan pengucap saka sanga budhelane ana pitu.? Maksud hukum ini , orang berbicara harus meletakkan pembicaraannya diantara angka lima, tujuh dan sembilan. Angka-angka tersebut hanyalah simbolik belaka. Jelasnya, kita harus memelihara mulut kita dari segala kata-kata yang tidak senonoh atau kata-kata yang menyakitkan orang lain. Kata-kata yang tidak senonoh dan dapat menyakitkan orang lain dapat mengakibatkan hidup manusia ini tidak sempurna. Adapun hukum yang ke tiga berbunyi ? Lakonana sabar trokal. Sabare dieling-eling. Trokale dilakoni.? Maksudnya, warga Samin senantiasa diharap ingat pada kesabaran dan berbuat ? bagaikan orang mati dalam hidup ? Menurut Samin Surosentiko, semua ajaran diatas dapat berjalan denganbaik asalkan orang yang menerima mau melatih diri dalam hal samadi. Ajaran ini tertuang dalam Serat Uri-uri Pambudi yang berbunyi sebagai berikut : ??Adapun batinnya agar dapat mengetahui benar-benar akan perihal peristiwa kematiannya, yaitu dengan cara samadi, berlatih ?mati? senyampang masih hidup (mencicipi mati) sehingga dapat menanggulangi segala godaan yang menghalang-halangi perjalanannya bersatu dengan Tuhan, agar upaya kukuh, dapat terwujud, dan terhindar dari bencana.?Selanjutnya menurut Samin Surosentiko, setelah manusia meninggal diharapkan roh manusia yang meninggal tadi tidak menitis ke dunia, baik sebagai binatang( bagi manusia yang banyak dosa) atau sebagai manusia (bagi manusia yang tidak banyak dosa), tapi bersatu kembali dengan Tuhannya. Hal ini diterangkan Samin Surosentiko dengan contoh-contoh yang sulit dimengerti orang apabila yang bersangkutan tak banyak membaca buku-buku kebatinan. Demikian kata Samin Surosentiko : ? ?Teka-teki ini menunjukkan bahwa jarak dari betal makmur ke betal mukaram sejengkal, dan dari betal mukaram ke betal mukadas juga sejengkal. Jadi triloka itu jaraknya berjumlah tiga jengkal. Kelak apabila manusia meninggal dunia supaya diusahakan tidak terkuasai oleh triloka. Hal ini seperti ajaran Pendeta Jamadagni. Tekad pendeta Jamadagni yang ingin meninggalkan dunia tanpa terikat oleh triloka itu diceritakan oleh Serat Rama. Pada awalnya ingin menitis pada bayi yang lahir (lahir kembali kedunia). Oleh karena itulah pada waktu meninggal dunia dia berusaha tidak salah jalan, yaitu kembali ke rahim wanita lagi. (jangan sampai menitis kembali pada bayi, lahir kembali ke dunia).? Dari keterangan diatas dapatlah diketahiu bahwa Samin Surosentiko tidak menganut faham ?Penitisan? tapi menganut faham ? manunggaling kawulo Gusti? atau ?sangkan paraning dumadi?. Dari ajaran-ajaran tertulis di atas jelas kiranya bahwa Samin Surosentiko adalah seorang ?theis?. Keparcayaan pada Tuhan, yang disebutnya dengan istilah-istilah Gusti, Pangeran, Allah, Gusti Allah, sangatlah kuat, hal ini bisa dilihat pada ajarannya : ? Adapun Tuhan itu ada, jelasnya ada empat. Batas dunia disebelah utara, selatan, timur, dan barat. Keempatnya menjadi bukti bahwa Tuhan itu ada (adanya semesta alam dan isinya itu juga merupakan bukti bahwa Tuhan itu ada?.? Demikianlah cuplikan ajaran Samin Surosentiko yang berasal dari Serat Uri-uri Pambudi. Selanjutnya akan dijelaskan ajaran Samin Surosentiko yang terdapat dalam buku Serat Pikukuh Kasajaten. Buku ini maknanya pengukuhan kehidupan yang sejati. Ajaran dalam buku Serat Pikukuh Kasajaten ditulis dalam bentuk puisi tembang, yaitu suatu genre puisi tradisional kesusasteraan Jawa. Disini yang akan dikutip adalah sebuah tembang Pangkur yang mengandung ajaran perihal Perkawainan. Adapun tembang Pangkur yang dimaksud seperti dibawah ini : ? Saha malih dadya garan, anggegulang gelunganing pembudi, palakrama nguwoh mangun, memangun traping widya, kasampar kasandhung dugi prayogantuk, ambudya atmaja tama, mugi-mugu dadi kanthi.? Menurut Samin, perkawinan itu sangat penting. Dalam ajarannya perkawinan itu merupakan alat untuk meraih keluhuran budi yang seterusnya untuk menciptakan ?Atmaja Tama? (anak yang mulia). Dalam ajaran Samin , dalam perkawinan seorang temanten laki-laki diharuskan mengucapkan syahadat, yang berbunyi kurang lebih demikian : ? Sejak Nabi Adam pekerjaan saya memang kawin. (Kali ini) mengawini seorang perempuan bernama?? Saya berjanji setia kepadanya. Hidup bersama telah kami jalani berdua.? Demikian beberapa ajaran kepercayaan yang diajarkan Samin Surosentiko pada pengikutnya yang sampai sekarang masih dipatuhi warga samin.
AJARAN POLITIK
Dalam ajaran politiknya Samin Surosentiko mengajak pengikut-pengikutnya untuk melawan Pemerintahan Koloniak Belanda. Hal ini terwujud dalam sikap :
1. Penolakan membayar pajak
2. penolakan memperbaiki jalan
3. penolakan jaga malam (ronda)
4. penolakan kerja paksa/rodi
Samin Surosentiko juga memberikan ajaran mengenai kenegaraan yang tertuang dalam Serat Pikukuh Kasajaten, yaitu sebuah Negara akan terkenal dan disegani orang serta dapat digunakan sebagai tempat berlindung rakyatnya apabila para warganya selalu memperhatikan ilmu pengetahuan dan hidup dalam perdamaian. Dalam salah satu ceramahnya yang dilakukan tanah lapang Desa Bapangan Blora, pada malam Kamis legi, 7 Pebruari 1889 yang menyatakan bahwa tanah Jawa adalah milik keturunan Pandawa. Keturunan Pandawa adalah keluarga Majapahit. Sejarah ini termuat dalam Serat Punjer Kawitan. Atas dasar Serat Punjer Kawitan itulah, Samin Surosentiko mengajak pengikut-pengikutnya untuk melawan Pemerintah Belanda. Tanah Jawa bukan milik Belanda. Tanah Jawa adalah tanah milik ? wong Jawa ?. Oleh karena itulah maka tarikan pajak tidak dibayarkan. Pohon-pohon jati di hutan ditebangi, sebab pohon jati dianggap warisan dari leluhur Pandawa. Tentu saja ajaran itu menggegerkan Pemerintahan Belanda, sehingga Pemerintah Belanda melakukan penangkapan terhadap pemimpin-pemimpin ajaran Samin. Geger Samin atau Pergerakan Samin yang dipimpin oleh Samin Surosentiko sebenarnya bukan saja desebabkanoleh faktor ekonomis saja, akantetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor lain. Yang jelas pemberontakan melawan Pemerintahan Kolonial Belanda didasarkan pada kebudayaan Jawa yang religius.. Dengan demikian ajaran Samin surosentiko bukanlah ajaran yang pesimitis, melainkan ajaran yang penuh kreatifitas dan keberanian. Samin Surosentiko yang hidup dari tahun 1859 sampai tahun 1914 ternyata telah memberi warna sejarah perjuangan bangsa, walaupun orang-orang di daerahnya, Blora yang bukan warga Samin mencemoohkannya, tapi sejarah telah mencatatnya, dia telah mampu menghimpun kekuatan yang luar biasa besarnya. Ajaran-ajarannya tidak hanya tersebar didaerah Blora saja, tetapi tersebar di beberapa daerah lainnya, seperti : Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Madiun, Jember, Banyuwangi, Purwodadi, Pati, Rembang, Kudus, Brebes, dan lain-lain.
DENGAN DEMIKIAN SAMIN SUROSENTIKO ADALAH PAHLAWAN LOKAL YANG PERLU DIPERHATIKAN JASA-JASANYA.
diambil dari situs pemkab kabupaten blora jawa tengah.
Minggu, 23 Mei 2010
sinopsis film terbaik 3 idiots
Farhan Qureshi (R. Madhavan), Raju Rastogi (Sharman Joshi), and Rancchoddas "Rancho" Shyamaldas Chanchad (Aamir Khan) are three engineering students who share a room in a hostel at the Imperial College of Engineering, one of the best colleges in India. While Farhan and Raju are average students from modest backgrounds, Rancho is from a rich family. Farhan wants to become a wildlife photographer, but has joined engineering college to fulfil his father's wish. Raju on the other hand wants to uplift his family fortunes. Rancho is a wealthy genius who studies for the sheer joy of it. However, Rancho's passion is for knowledge and taking apart and building machines rather than the conventional obsession of the other students with exam ranks. With his different approach Rancho incurs the wrath of dean of college, Professor Viru Sahastrabudhhe (ViruS) (Boman Irani). Rancho irritates his lecturers by giving creative and unorthodox answers, and confronts ViruS after fellow student Joy Lobo hangs himself in his dormitory room. Joy had requested an extension on his major project on compassionate groundshis father had suffered a strokebut ViruS refused, saying that he himself was completely unmoved by his own son's accidental death after being hit by a train. Rancho denounces the rat race, dog-eat-dog, mindless rote learning mentality of the institution, blaming it for Lobo's death.
Threatened by Rancho's talent and free spirit, ViruS labels him an "idiot" and attempts on a number of occasions to destroy his friendship with Farhan and Raju, warning them and their parents to steer clear of Rancho. In contrast, ViruS model student is Chatur Ramalingam or "Silencer", (Omi Vaidya) who sees a high rank at the prestigious college as his ticket to higher social status, corporate power, and therefore wealth. Chatur conforms to the expectations of the system. Rancho humiliates Chatur, who is awarded the honour of making a speech at an award ceremony, by substituting obscenities into the text, which has been written by the librarian. As expected, Chatur mindlessly memorises the speech, without noticing that anything is amiss, partly aided by his lack of knowledge on Hindi. His speech becomes the laughing stock of the audience, infuriating the authorities in the process.
Meanwhile, Rancho also falls in love with ViruS' medical student daughter Pia (Kareena Kapoor) when he, Raju and Farhan crash her sister's wedding banquet in order to get a free meal, in the process further infuriating ViruS.
Meanwhile, the three students continue to anger ViruS, although Rancho continues to come first in every exam, while Chatur is always second, and Farhan and Raju are inevitably in the last two positions. The tensions come to a head when the three friends, who are already drunk, break into ViruS's house at night to allow Rancho to propose to Pia, and then urinate on a door inside the compound before running away when ViruS senses intruders. The next day, ViruS threatens to expel Raju lest he talks on the other two. Unable to choose between betraying his friend or letting down his family, Raju jumps out of the 3rd floor window and lands on a courtyard, but after extensive care from Pia and his roommates, awakes from a coma.
The experience has changed Farhan and Raju, and they adopt Rancho's outlook. Farhan decides to pursue his love of photography, while Raju takes an unexpected approach for an interview for a corporate job. He attends in plaster and a wheelchair and gives a series of non-conformal and frank answers. However, ViruS is unsympathetic and vows to make the final exam as hard as possible so that Raju is unable to graduate. Pia hears him and angrily confronts him, and when ViruS gives the same ruthless reply he gives to his students, she denounces him in the same way that Rancho did over the suicide of Lobo. Pia reveals that Viru's son and her brother was not killed in an accident but committed suicide in front of a train and left a letter because ViruS had forced him to pursue a career in engineering over his love for literature; ViruS always mentioned that he unsympathetically failed his son on the ICE entrance exams over and over to every new intake of ICE students. After this, Pia walks out on the family home, and takes ViruS's spare keys with her. She tells Rancho of the exam, and he and Farhan break into ViruS's office and steals the exam and give it to Raju, who with his new-found attitude, is unconcerned with the prospect of failing, and refuses to cheat and throws the paper away. However, ViruS catches the trio and expels them on the spot. However, they earn a reprieve when Viru's pregnant elder daughter Mona (Mona Singh) goes into labour at the same time. A heavy storm cuts all power and traffic, and Pia is still in self-imposed exile, so she instructs Rancho to deliver the baby in the college common room via VOIP, after Rancho restores power using car batteries and a power inverter that Rancho had dreamed up and ViruS had mocked. Rancho then delivers the baby with the help of a cobbled-together Vacuum extractor.
After the baby is apparently stillborn, Rancho resuscitates it. ViruS reconciles with Rancho and his friends and allows them to take their final exams and they graduate. Rancho comes first and is awarded ViruS's pen, which the professor had been keeping for decades before finding a brilliant enough student to gift it to.
Their story is framed as intermittent flashbacks from the present day, ten years after Chatur vowed revenge on Rancho for embarrassing him at the speech night and promised to become more successful than Rancho a decade later. Having lost contact with Rancho, who disappeared during the graduation party and went into seclusion, Raju and Farhan begin a journey to find him. They are joined by Chatur, now a wealthy and successful businessman, who joins them, brazenly confident that he has surpassed Rancho. Chatur is also looking to seal a deal with a famous scientist and prospective business associate named Phunsukh Wangdu. Chatur sees Wangdu, who has hundreds of patents, as his ticket to further social prestige. When they find Rancho's house, they walk into his father's funeral, and find a completely different Rancho Jaaved Jaffrey. After accusing the new man of stealing their friend's identity and profiting from his intellect, the host pulls a gun on them, but Farhan and Raju turn the tables by seizing the father's ashes and threatening to flush them down the toilet. The householder capitulates and says that their friend was a destitute servant boy who loved learning, while he, the real Rancho, was a lazy wealthy child who disliked study, so the family agreed to let the servant boy study in Rancho's place instead of labouring. In return, the real Rancho would pocket the qualifications and the benefits thereof, while the impersonator would sever all contact with the world and start a new life. The real Rancho reveals that his impersonator is now a schoolteacher in Ladakh.
Raju and Farhan then find Pia, and take her from her wedding day to Suhas by performing the same tricks with his material possessions, and having Raju turn up to the ceremony disguised as the groom and eloping with Pia in public. When they arrive in Ladakh, they see a group of enthusiastic Ladakhi children who are motivated by love of knowledge. Pia and the fake Rancho rekindle their love, while Chatur mocks and abuses Rancho the schoolteacher before walking away. When his friends ask what his real name is, he reveals that it Phunsukh Wangdu and phones Chatur, who has turned his back, to turn around and meet his prospective business partner. Chatur is horrified and falls to his knees, accepts his defeat and continues to plead his case with Phunsukh to establish the business relationship he was after.
(di ambil dari webnya 3 idiots)
Threatened by Rancho's talent and free spirit, ViruS labels him an "idiot" and attempts on a number of occasions to destroy his friendship with Farhan and Raju, warning them and their parents to steer clear of Rancho. In contrast, ViruS model student is Chatur Ramalingam or "Silencer", (Omi Vaidya) who sees a high rank at the prestigious college as his ticket to higher social status, corporate power, and therefore wealth. Chatur conforms to the expectations of the system. Rancho humiliates Chatur, who is awarded the honour of making a speech at an award ceremony, by substituting obscenities into the text, which has been written by the librarian. As expected, Chatur mindlessly memorises the speech, without noticing that anything is amiss, partly aided by his lack of knowledge on Hindi. His speech becomes the laughing stock of the audience, infuriating the authorities in the process.
Meanwhile, Rancho also falls in love with ViruS' medical student daughter Pia (Kareena Kapoor) when he, Raju and Farhan crash her sister's wedding banquet in order to get a free meal, in the process further infuriating ViruS.
Meanwhile, the three students continue to anger ViruS, although Rancho continues to come first in every exam, while Chatur is always second, and Farhan and Raju are inevitably in the last two positions. The tensions come to a head when the three friends, who are already drunk, break into ViruS's house at night to allow Rancho to propose to Pia, and then urinate on a door inside the compound before running away when ViruS senses intruders. The next day, ViruS threatens to expel Raju lest he talks on the other two. Unable to choose between betraying his friend or letting down his family, Raju jumps out of the 3rd floor window and lands on a courtyard, but after extensive care from Pia and his roommates, awakes from a coma.
The experience has changed Farhan and Raju, and they adopt Rancho's outlook. Farhan decides to pursue his love of photography, while Raju takes an unexpected approach for an interview for a corporate job. He attends in plaster and a wheelchair and gives a series of non-conformal and frank answers. However, ViruS is unsympathetic and vows to make the final exam as hard as possible so that Raju is unable to graduate. Pia hears him and angrily confronts him, and when ViruS gives the same ruthless reply he gives to his students, she denounces him in the same way that Rancho did over the suicide of Lobo. Pia reveals that Viru's son and her brother was not killed in an accident but committed suicide in front of a train and left a letter because ViruS had forced him to pursue a career in engineering over his love for literature; ViruS always mentioned that he unsympathetically failed his son on the ICE entrance exams over and over to every new intake of ICE students. After this, Pia walks out on the family home, and takes ViruS's spare keys with her. She tells Rancho of the exam, and he and Farhan break into ViruS's office and steals the exam and give it to Raju, who with his new-found attitude, is unconcerned with the prospect of failing, and refuses to cheat and throws the paper away. However, ViruS catches the trio and expels them on the spot. However, they earn a reprieve when Viru's pregnant elder daughter Mona (Mona Singh) goes into labour at the same time. A heavy storm cuts all power and traffic, and Pia is still in self-imposed exile, so she instructs Rancho to deliver the baby in the college common room via VOIP, after Rancho restores power using car batteries and a power inverter that Rancho had dreamed up and ViruS had mocked. Rancho then delivers the baby with the help of a cobbled-together Vacuum extractor.
After the baby is apparently stillborn, Rancho resuscitates it. ViruS reconciles with Rancho and his friends and allows them to take their final exams and they graduate. Rancho comes first and is awarded ViruS's pen, which the professor had been keeping for decades before finding a brilliant enough student to gift it to.
Their story is framed as intermittent flashbacks from the present day, ten years after Chatur vowed revenge on Rancho for embarrassing him at the speech night and promised to become more successful than Rancho a decade later. Having lost contact with Rancho, who disappeared during the graduation party and went into seclusion, Raju and Farhan begin a journey to find him. They are joined by Chatur, now a wealthy and successful businessman, who joins them, brazenly confident that he has surpassed Rancho. Chatur is also looking to seal a deal with a famous scientist and prospective business associate named Phunsukh Wangdu. Chatur sees Wangdu, who has hundreds of patents, as his ticket to further social prestige. When they find Rancho's house, they walk into his father's funeral, and find a completely different Rancho Jaaved Jaffrey. After accusing the new man of stealing their friend's identity and profiting from his intellect, the host pulls a gun on them, but Farhan and Raju turn the tables by seizing the father's ashes and threatening to flush them down the toilet. The householder capitulates and says that their friend was a destitute servant boy who loved learning, while he, the real Rancho, was a lazy wealthy child who disliked study, so the family agreed to let the servant boy study in Rancho's place instead of labouring. In return, the real Rancho would pocket the qualifications and the benefits thereof, while the impersonator would sever all contact with the world and start a new life. The real Rancho reveals that his impersonator is now a schoolteacher in Ladakh.
Raju and Farhan then find Pia, and take her from her wedding day to Suhas by performing the same tricks with his material possessions, and having Raju turn up to the ceremony disguised as the groom and eloping with Pia in public. When they arrive in Ladakh, they see a group of enthusiastic Ladakhi children who are motivated by love of knowledge. Pia and the fake Rancho rekindle their love, while Chatur mocks and abuses Rancho the schoolteacher before walking away. When his friends ask what his real name is, he reveals that it Phunsukh Wangdu and phones Chatur, who has turned his back, to turn around and meet his prospective business partner. Chatur is horrified and falls to his knees, accepts his defeat and continues to plead his case with Phunsukh to establish the business relationship he was after.
(di ambil dari webnya 3 idiots)
Jumat, 23 April 2010
Oase
Air Malam
Malam kerinduanku terus menerus datang
Terpaku dalam satu sudut ayng takkan ku lupakan selama hidupku ini
Hening menyusupku diam-diam
Hanya satu pandangan yang tertuju
Untukmu dan hanya untukmu
Desak nafasku terbayang jantung berdenyut
Dslsm hentakkan itu aku tenggelam
Menelusuri kerinduan selama seribu abad
Terbangun lelehan air mata disisi kalbu dalam
Melayang dalm ribuan kata kecil tak terungkap makana kedua
Oooo…… menangis aku dalam teriakan marah…. Sebal….. muak…. Entah apalagi
Untukmu aku rindu
Untukmu aku bergetar
Untukmu aku sunyi……
Aku sudak tegak terbit dalm ombak
Aku sudah tegar dalam rajutan halilintar
Aku sudah tertunduk dalam hati ini
Untukmu satu kerinduan
Air malam menghujam
2010
Kesunyian
Sunyimu menghalau nafasku
Terasa henyap dada ini
Rindang mata ini melihatmu
Aku terseret mata angin
Cintaku berbelok kekanan dan kekiri
Saat memandangmu yang ragu
Diriku hampa dengan rindu
Tuhan...isilah diri ini saat hampa
Sedang menghampiri tubuh kumal ini
2009
Suara Kecil
Gelapnya malam menghanyutkan jiwa
Terdengar sayup-sayup suara tangis
Pancaran cahaya mendekatiku
Penasaranku melangit
Dengan gelap aku meraba
Dengan sedikit cahaya aku berusaha
Ku pegang suara kecil meleking
Mengharap diamnya suara kecil
Tapi tak tau aku
Anak ayam tak kebagian durian
Maafkan juragan durian
Pulanglah dengan kerelaan
Semoga engkau mendapatkan intan
Benih cinta
Kilatan cahaya dari dua bola mata
Terpecahkan ombak di ujung malam
Pagi sejuk mengawali cinta mereka
Yang amat mendalam di sukma
Rasa penasaran terunjuk pada cinta
Lautan cinta memadati dunia ini
Banyak penyebar cinta dengan duka
Pembajak cinta dengan kapal dusta
Bertarung saudaraku
Terlah menepi dunia ini
Diladang gembur terjal
Suara gemuruh angin mengancam
Bertarung saudara sekamar
Ayunan pedang dimana-mana
Telah biasa darah mengalir
Membiarkan perubahan tajam
Bulatan api menyebar
Tak ada air bisa menghalang
Malangnya orang besok
Tak tahu arti damai hati
Cepatlah selesai duka ini
Dengan senyum lebar
Di dalam batu suci
Deretan batu putih berjajar
Taburan bunga terus terjatuh
Mata air keluar mengalir
Terpegang erat hati duka
Terkirim ribuan cahaya putih
Ke dalam batu putih itu
Memancar cahaya didalam
Sangat teguh paksaan
Tuhan…
Terimalah dia dipangkuanMu…
Diujung kehidupan
Desiran pasir dipantai biru
Ujung tanduk menggigil ketakutan
Raja alam tersenyum melihat dia
Mengamati burung gagak bersanding
Kain putih terhampar melekat pada bangkai
Lautan air mata menenggelamkan semuanya
Perasaan tabah, sabar tertanam
Kau ku ikhlaskan dalam perjalan
Duka Cinta
Dalam benakku mengatakan cinta
Tetapi mulutku mengatakan benci
Setelahku amati memang cinta
Akankah kulakukan sandiwara cinta
Terpukul diriku mendengar kata cinta
Selain kata cinta mungkin itu adalah kata benci
Kasih maafkan cintaku yang begitu duka untukmu
Dan semua ini adalah keangkuhan cinta
Serta inilah kemurkaan benci
KECEWA
tetesan air mataku mengalir
detak jantungku berdebar
denyut nadiku hampir berhenti
sepasang mata ini gelap
saat aku bersua denganmu
saat aku berhadapan denganmu
sungguh berat hatiku
untuk terus didunia ini
setelah engkau tusukkan kata-katamu
terasa runtuh jiwa ini
terasa meledak dadaku
dan melihat ragaku hancur
aku kecewa denganmu
Rintihan Malam
Hening didalam hati ini
Sunyi menyerap kalbu yang suci
Tetesan air hujan menyayat luka hati terdalam
Terdiam oleh waktu mengikis ribuan paku dalam raga
Yang tak pernah hilang pergi dari tubuh ini
Hanya perasaan yang terus menangis
Merintih dalam luka-luka hidup ini
Hanya malam yang melihat
Mengadu dalam kegunjingan hati
Dengan semua benturan-benturan batu
Untuk melihat rintihan malam
Burung Malam
Saat aku termenung
Melihat engkau menepi
Memakai jubah itu
Terenyuh hatiku
Langit pun cerah menerangimu
Cahaya malam memancar padamu
Engkau bagaikan bidadari malam
Menemaniku di setiap kegelisahan
Malam kerinduanku terus menerus datang
Terpaku dalam satu sudut ayng takkan ku lupakan selama hidupku ini
Hening menyusupku diam-diam
Hanya satu pandangan yang tertuju
Untukmu dan hanya untukmu
Desak nafasku terbayang jantung berdenyut
Dslsm hentakkan itu aku tenggelam
Menelusuri kerinduan selama seribu abad
Terbangun lelehan air mata disisi kalbu dalam
Melayang dalm ribuan kata kecil tak terungkap makana kedua
Oooo…… menangis aku dalam teriakan marah…. Sebal….. muak…. Entah apalagi
Untukmu aku rindu
Untukmu aku bergetar
Untukmu aku sunyi……
Aku sudak tegak terbit dalm ombak
Aku sudah tegar dalam rajutan halilintar
Aku sudah tertunduk dalam hati ini
Untukmu satu kerinduan
Air malam menghujam
2010
Kesunyian
Sunyimu menghalau nafasku
Terasa henyap dada ini
Rindang mata ini melihatmu
Aku terseret mata angin
Cintaku berbelok kekanan dan kekiri
Saat memandangmu yang ragu
Diriku hampa dengan rindu
Tuhan...isilah diri ini saat hampa
Sedang menghampiri tubuh kumal ini
2009
Suara Kecil
Gelapnya malam menghanyutkan jiwa
Terdengar sayup-sayup suara tangis
Pancaran cahaya mendekatiku
Penasaranku melangit
Dengan gelap aku meraba
Dengan sedikit cahaya aku berusaha
Ku pegang suara kecil meleking
Mengharap diamnya suara kecil
Tapi tak tau aku
Anak ayam tak kebagian durian
Maafkan juragan durian
Pulanglah dengan kerelaan
Semoga engkau mendapatkan intan
Benih cinta
Kilatan cahaya dari dua bola mata
Terpecahkan ombak di ujung malam
Pagi sejuk mengawali cinta mereka
Yang amat mendalam di sukma
Rasa penasaran terunjuk pada cinta
Lautan cinta memadati dunia ini
Banyak penyebar cinta dengan duka
Pembajak cinta dengan kapal dusta
Bertarung saudaraku
Terlah menepi dunia ini
Diladang gembur terjal
Suara gemuruh angin mengancam
Bertarung saudara sekamar
Ayunan pedang dimana-mana
Telah biasa darah mengalir
Membiarkan perubahan tajam
Bulatan api menyebar
Tak ada air bisa menghalang
Malangnya orang besok
Tak tahu arti damai hati
Cepatlah selesai duka ini
Dengan senyum lebar
Di dalam batu suci
Deretan batu putih berjajar
Taburan bunga terus terjatuh
Mata air keluar mengalir
Terpegang erat hati duka
Terkirim ribuan cahaya putih
Ke dalam batu putih itu
Memancar cahaya didalam
Sangat teguh paksaan
Tuhan…
Terimalah dia dipangkuanMu…
Diujung kehidupan
Desiran pasir dipantai biru
Ujung tanduk menggigil ketakutan
Raja alam tersenyum melihat dia
Mengamati burung gagak bersanding
Kain putih terhampar melekat pada bangkai
Lautan air mata menenggelamkan semuanya
Perasaan tabah, sabar tertanam
Kau ku ikhlaskan dalam perjalan
Duka Cinta
Dalam benakku mengatakan cinta
Tetapi mulutku mengatakan benci
Setelahku amati memang cinta
Akankah kulakukan sandiwara cinta
Terpukul diriku mendengar kata cinta
Selain kata cinta mungkin itu adalah kata benci
Kasih maafkan cintaku yang begitu duka untukmu
Dan semua ini adalah keangkuhan cinta
Serta inilah kemurkaan benci
KECEWA
tetesan air mataku mengalir
detak jantungku berdebar
denyut nadiku hampir berhenti
sepasang mata ini gelap
saat aku bersua denganmu
saat aku berhadapan denganmu
sungguh berat hatiku
untuk terus didunia ini
setelah engkau tusukkan kata-katamu
terasa runtuh jiwa ini
terasa meledak dadaku
dan melihat ragaku hancur
aku kecewa denganmu
Rintihan Malam
Hening didalam hati ini
Sunyi menyerap kalbu yang suci
Tetesan air hujan menyayat luka hati terdalam
Terdiam oleh waktu mengikis ribuan paku dalam raga
Yang tak pernah hilang pergi dari tubuh ini
Hanya perasaan yang terus menangis
Merintih dalam luka-luka hidup ini
Hanya malam yang melihat
Mengadu dalam kegunjingan hati
Dengan semua benturan-benturan batu
Untuk melihat rintihan malam
Burung Malam
Saat aku termenung
Melihat engkau menepi
Memakai jubah itu
Terenyuh hatiku
Langit pun cerah menerangimu
Cahaya malam memancar padamu
Engkau bagaikan bidadari malam
Menemaniku di setiap kegelisahan
Langganan:
Postingan (Atom)